- Pemprov DKI Jakarta akui tingginya angka depresi di kalangan warganya.
- Pemerintah berkomitmen menekan angka depresi dan mengurangi stigma kesehatan jiwa.
- Berbagai layanan bantuan, termasuk konsultasi daring, telah disiapkan untuk warga.
Suara.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta secara terbuka mengakui tingginya tingkat depresi di kalangan warga Ibu Kota sebagai dampak dari kehidupan yang serba cepat dan kompetitif. Pengakuan ini disampaikan sebagai respons atas rilis data kesehatan yang menyoroti isu tersebut.
Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Chico Hakim, menyatakan bahwa pemerintah tidak menyangkal realitas tersebut, meskipun Jakarta kerap disebut sebagai kota yang menyenangkan dalam survei global.
"Angka ini menjadi pengingat bagi kami bahwa tekanan kehidupan di ibu kota memang nyata, dan kami terus bekerja keras untuk menekan angka tersebut," kata Chico Hakim dalam pernyataan tertulis, Senin (24/11/2025).
Ia menegaskan, pemerintah tetap waspada terhadap kondisi warganya yang rentan di tengah gemerlap fasilitas kota. Menurutnya, komitmen pemerintah adalah hadir memberikan dukungan, bukan sekadar memoles citra.
"Jakarta memang punya banyak alasan untuk dibanggakan, tapi kami tetap sadar ada segmen masyarakat yang sedang berjuang dengan kesehatan jiwa," ujarnya.
Sebagai langkah nyata, Pemprov DKI telah menyiapkan berbagai kanal bantuan, mulai dari konsultasi daring hingga pemeriksaan fisik dan mental secara langsung di fasilitas kesehatan.
"Kami terus tingkatkan akses dan kurangi stigma, karena Jakarta yang bahagia itu bukan cuma slogan, tapi juga ketika setiap warganya merasa didengar dan didukung," pungkas Chico.