Jerat Impor Tembakau: Saat Petani Lokal Merugi dan Rokok Murah Mengancam Remaja

Erick Tanjung Suara.Com
Jum'at, 28 November 2025 | 15:56 WIB
Jerat Impor Tembakau: Saat Petani Lokal Merugi dan Rokok Murah Mengancam Remaja
Ilustrasi impor tembakau dan ancaman generasi muda. [Suara.com/Aldie]
Baca 10 detik
  • Rokok murah hasil impor memicu kenaikan prevalensi perokok anak dan mengancam kesehatan publik.
  • Petani tembakau Temanggung merugi parah akibat harga anjlok dan penyerapan pabrikan menurun.
  • Perusahaan rokok raksasa mengimpor puluhan ribu ton tembakau, bertentangan dengan nasib petani lokal.

“Selama ini bilang petani tembakau turun itu menyalahkan cukai. Saya duga ada kecurangan, petani dirugikan. Angka impor cukup besar enggak sehingga terserap,” kata Risky.

Ia menduga ada permainan dalam kuota impor. Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 23 Tahun 2019, importir wajib menyerap tembakau dalam negeri terlebih dahulu. Tanpa itu, rekomendasi teknis untuk impor tak akan terbit.

“Apakah ini ada potensi pelanggaran mudah sekali impor yang masuk tanpa diketahui pemerintah daerah,” tanya Risky.

Tembakau hasil panen petani di Temanggung, Jawa Tengah. [Dok. Serat.id]
Tembakau hasil panen petani di Temanggung, Jawa Tengah. [Dok. Serat.id]

Dalih Korporasi dan Jebakan Rokok Murah untuk Remaja

Laporan keuangan Gudang Garam per Juni 2025 memang menunjukkan penurunan volume penjualan rokok. Namun, di tengah kondisi itu, perusahaan justru mengakui biaya impor menjadi salah satu beban keuangan. Alih-alih menyerap hasil petani lokal, mereka memilih meluncurkan varian Sigaret Kretek Tangan (SKT) baru yang lebih murah pada 2024. 

Alasannya? ”ada pergeseran konsumen produk lebih murah,” tulis laporan perusahaan.

Tim kolaborasi telah berupaya meminta konfirmasi dan wawancara kepada Corporate Communication Manager PT Gudang Garam Tbk, Fitriani Wardhani. Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai saluran, termasuk pesan, telepon, dan surat resmi, dalam rentang waktu 16 Oktober hingga 11 November 2025. Namun, hingga laporan ini diterbitkan, pihak perusahaan tidak memberikan respons.

Langkah ini menjadi alarm bahaya bagi kesehatan publik. Riset Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) pada April 2025 menunjukkan bahwa harga rokok murah memiliki pengaruh signifikan terhadap inisiasi merokok pada remaja usia 10-18 tahun.

“Alasan yang paling memungkinkan untuk temuan ini adalah popularitas dan ketersediaan yang tinggi di Indonesia,” kata peneliti CISDI, Gea Melinda.

Baca Juga: Ruang Digital Makin Rawan, Ini Pentingnya Dorong Generasi Muda Melek Literasi

CISDI mendesak pemerintah membuat kebijakan harga rokok yang tinggi agar sulit dijangkau remaja. Namun, strategi industri justru sebaliknya: menciptakan produk murah untuk menjaring konsumen baru. 

“Hal ini memungkinkan kami untuk menginterpretasikan koefisien harga yang secara langsung menunjukkan perubahan harga rokok riil mempengaruhi risiko seseorang untuk mulai merokok,” tegas Gea.

Infografis impor tembakau. [Gemini]
Infografis impor tembakau. [Gemini]

Gurita Impor: Siapa Saja Pemain Kakap di Balik Layar?

Banjir impor ini membuat Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) geram. Ketua APTI, Agus Parmuji, menyebut importasi tembakau sudah mencapai 50 persen dari produksi dalam negeri. 

“Itu sudah di ambang batas kewajaran. Kalau dibiarkan, petani akan kalah bersaing di negeri sendiri," ujarnya dengan nada tinggi.

Pemerintah dinilai lemah dalam pengawasan. Aturan yang seharusnya melindungi petani lokal seolah tak bergigi.

×
Zoomed

VIDEO TERKAIT

Cak Imin Minta Maaf: Akui PKB Lalai Sejahterakan Petani

Cak Imin Minta Maaf: Akui PKB Lalai Sejahterakan Petani

Video
Rabu, 24 September 2025 | 16:05 WIB

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI