IDAI Ingatkan: Dalam Situasi Bencana, Kesehatan Fisik hingga Mental Anak Harus Jadi Prioritas

Vania Rossa Suara.Com
Senin, 01 Desember 2025 | 14:42 WIB
IDAI Ingatkan: Dalam Situasi Bencana, Kesehatan Fisik hingga Mental Anak Harus Jadi Prioritas
Ilustrasi anak di lokasi bencana. (unsplash.com/@studiospaceco)
Baca 10 detik
  • IDAI menekankan penanganan kesehatan anak holistik pascabencana.
  • IDAI menyerukan penanganan kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisik saat darurat bencana.
  • Fokus penanganan gizi bencana IDAI adalah mendukung pemberian ASI eksklusif karena keterbatasan sanitasi.

Suara.com - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar media briefing bertajuk “Tanggap Darurat Bencana” pada Senin, 1 Desember 2025. Dalam pertemuan yang juga mendengarkan laporan langsung dari wilayah terdampak, IDAI menyerukan pentingnya penanganan kesehatan anak secara menyeluruh, mulai dari kesehatan fisik, mental, hingga pemenuhan nutrisi bayi.

Ketua Satgas Penanggulangan Bencana IDAI, Dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M.Biomed, Sp.A, Subsp.E.T.I.A(K), menegaskan bahwa penanganan anak dalam situasi darurat tidak boleh hanya berfokus pada aspek fisik. Menurutnya, kesehatan mental sering kali terabaikan padahal sama pentingnya.

“Mungkin sebagai dokter anak tidak boleh melupakan masalah fisik. Namun, kesehatan mental ini menjadi isu yang tidak boleh terlupakan,” ujar Dr. Kurniawan.

Ia mengingatkan para relawan dan tenaga medis agar memandang anak sebagai satu kesatuan utuh. Dalam situasi bencana, aspek tumbuh kembang, pendidikan, hingga identitas anak tetap harus menjadi perhatian.

Dr. Kurniawan mencontohkan pengalamannya saat merespons erupsi Gunung Semeru, ketika sekolah rusak berat dan banyak anak kehilangan dokumen penting seperti akta dan kartu keluarga.

Selain itu, kondisi posko pengungsian yang serba terbatas dapat meningkatkan stres pada orang tua dan berdampak pada anak.

“Jika terlalu lama berada di camp atau posko, paparan kekerasan dari orang tua terhadap anak bisa meningkat dan ini harus menjadi perhatian,” tambahnya.

Salah satu fokus utama IDAI dalam penanganan bencana kali ini adalah manajemen pemberian makan bayi dan anak (PMBA), terutama tentang pemberian ASI dan susu formula.

Dr. Kurniawan menekankan bahwa menyusui di lokasi bencana jauh lebih aman karena keterbatasan sarana kebersihan. Karena itu, stakeholder wajib menyediakan ruang yang nyaman dan privat bagi ibu menyusui agar proses laktasi bisa terus berlanjut.

Baca Juga: Mengapa Regulasi, Ahli Gizi, dan Hak Anak Penting Untuk Memperkuat MBG?

IDAI juga menyoroti pentingnya akses air bersih dan pembatasan penggunaan susu formula, dot, atau botol jika tidak benar-benar diperlukan. Penggunaan susu formula tanpa pasokan air bersih yang memadai meningkatkan risiko diare pada bayi.

“Prioritasnya adalah mendukung ibu agar tetap bisa menyusui, mengurangi kebutuhan susu formula, serta memastikan bayi yang tidak disusui mendapatkan akses ASI donor,” jelasnya.

IDAI menegaskan komitmennya memberikan bantuan praktis berupa pendampingan menyusui, termasuk relaksasi bagi bayi yang sempat berhenti menyusu agar bisa kembali menyusu secara optimal.

“Menyusu itu jauh lebih penting mengingat keterbatasan sarana di lokasi bencana,” tutup Dr. Kurniawan.

Reporter: Safelia Putri

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI