- Kepala Basarnas merilis data per 2 Desember 2025 pukul 10.00 WIB menunjukkan 583 korban meninggal telah dievakuasi.
- Sebanyak 553 korban dilaporkan masih hilang dan dalam proses pencarian akibat beberapa daerah terisolasi.
- Basarnas mengerahkan berbagai sumber daya termasuk K-9 untuk menembus wilayah terdampak lumpur tebal.
Suara.com - Kepala Basarnas Marsekal Madya Mohammad Syafii, merilis data terbaru terkait jumlah korban akibat bencana banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah Sumatera.
Berdasarkan data per Selasa, 2 Desember 2025, pukul 10.00 WIB, tercatat sebanyak 583 orang meninggal dunia dan telah dievakuasi.
Sementara itu, jumlah korban yang masih dinyatakan hilang dan dalam proses pencarian mencapai 553 orang.
"Untuk update data memang terakhir tadi jam 10.00, bahwa total jumlah korban yang telah terevakuasi meninggal dunia ada 583 orang, dan yang dilaporkan masih dalam pencarian ada 553 orang," kata Syafii di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (2/12/2025).
Ia menjelaskan, bahwa penambahan jumlah laporan korban hilang disebabkan oleh kondisi beberapa daerah yang masih terisolasi.
Hal ini mengakibatkan keterlambatan informasi yang masuk ke Tim SAR.
"Jadi bukan karena kita tidak masuk ke sana, tapi daerah yang terisolasi ini mereka tidak memiliki sarana perhubungan untuk menginformasikan, sehingga Tim SAR gabungan belum masuk ke daerah itu. Sehingga ada penambahan jumlah korban yang akan kita cari," jelasnya.

Menanggapi adanya perbedaan data korban meninggal dunia dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syafii memaparkan bahwa BNPB bertindak sebagai koordinator yang menghimpun informasi dari berbagai sumber, termasuk Pemerintah Daerah (Pemda), TNI, dan Polri.
Kekinian, Basarnas mengerahkan seluruh kekuatan, termasuk penggunaan kapal dan transportasi udara, untuk mengirimkan logistik dan menembus wilayah-wilayah yang belum terjangkau.
Baca Juga: Apa Itu Tactical Vest yang Dipakai Verrell saat Temui Korban Banjir? Bukan Rompi Anti Peluru
Dalam proses pencarian korban yang tertimbun, Basarnas juga melibatkan unit anjing pelacak (K-9).
Ia mengungkapkan, bahwa tim di lapangan menghadapi kesulitan tinggi akibat kondisi medan yang tertutup lumpur tebal.
"Karena kondisi korban, khususnya yang akibat bencana banjir lumpur, tentunya ini mengalami kesulitan tersendiri pada saat lumpur itu ketebalannya tersendiri, kemudian di dalamnya bercampur dengan kayu dan mulai lumpur ini mulai mengering. Sehingga kita membutuhkan salah satunya adalah K-9," pungkasnya.