- Program MBG diharapkan memicu pertumbuhan ekonomi nasional hingga tujuh atau delapan persen.
- Strategi MBG adalah menggerakkan ekonomi dari bawah, seperti yang ditekankan Nanik Sudaryati Deyang.
- Presiden Prabowo menginstruksikan kemitraan SPPG diprioritaskan pada yayasan sosial, agama, dan pendidikan.
Suara.com - Pemerintah optimis Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan menjadi mesin penggerak ekonomi rakyat yang masif di seluruh pelosok tanah air.
Tak tanggung-tanggung, jika program ini terlaksana menyeluruh, pertumbuhan ekonomi nasional diyakini mampu menembus angka 7 hingga 8 persen.
Kuncinya ada pada perubahan strategi: ekonomi kini didorong tumbuh dari bawah, bukan lagi menunggu aliran dari atas.
Hal ini ditegaskan oleh Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik Sudaryati Deyang. Ia menyebut pendekatan Presiden Prabowo Subianto dalam program ini adalah sebuah terobosan besar.
“Kalau dulu dari atas agak repot menetesnya ke bawah. Nggak netes-netes, Pak. Sekarang sama Pak Prabowo digrojog ke bawah,” ujar Nanik saat memberikan arahan dalam Sosialisasi dan Penguatan Tata Kelola MBG di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (12/12/2025).
"Dengan digrojog ini diharapkan bisa tumbuh lebih cepat ke atas. Ini ekonomi yang luar biasa, penemuan yang luar biasa, dan kita harus mendukung," katanya menambahkan.

Sebagai Ketua Pelaksana Harian Tim Koordinasi Penyelenggaraan Program MBG, Nanik menekankan agar para mitra tidak semata-mata berorientasi pada bisnis.
Ia pun membuka cerita di balik layar mengenai alasan pelibatan yayasan, bukan perusahaan korporasi.
Nanik menuturkan, sejak merancang program ini pada Oktober tahun lalu, Presiden Prabowo sudah mewanti-wanti agar Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tidak dikelola oleh PT maupun CV.
Baca Juga: Tak Hanya Ciptakan Lapangan Kerja, Waka BGN Sebut Program MBG Jalan Tol Pengentasan Kemiskinan
“Saya kasihan lihat yayasan sosial, keagamaan, pendidikan, nggak punya uang. Tolong dapur-dapur itu dimitrakan dengan mereka,” kata Nanik mengutip instruksi tegas Presiden Prabowo kala itu.
Sempat muncul keraguan dalam rapat pembahasan bahwa yayasan mungkin tidak memiliki modal yang cukup. Namun, Presiden tetap pada pendiriannya.
Solusinya, yayasan disarankan mendapat akses pinjaman perbankan. Tujuannya jelas: agar yayasan pendidikan, keagamaan, dan sosial memiliki sumber pendapatan mandiri.
“Kalau ada untung seperak dua perak untuk membiayai pendidikan, untuk membiayai aktifitas sosial,” lanjut Nanik menirukan ucapan Presiden.
Dalam perjalanannya, Nanik mengakui muncul fenomena "yayasan dadakan" yang baru berdiri dan tidak memiliki latar belakang pendidikan, agama, maupun sosial, namun ingin menjadi mitra SPPG.
Menyikapi hal ini, Nanik memberikan peringatan keras. Ia meminta yayasan-yayasan baru tersebut tidak "aji mumpung" atau keterlaluan dalam mencari keuntungan. Pasalnya, marwah program ini adalah memberdayakan yayasan yang benar-benar bergerak di bidang sosial, agama, dan pendidikan.