Tak Hanya Ciptakan Lapangan Kerja, Waka BGN Sebut Program MBG Jalan Tol Pengentasan Kemiskinan

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:35 WIB
Tak Hanya Ciptakan Lapangan Kerja, Waka BGN Sebut Program MBG Jalan Tol Pengentasan Kemiskinan
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik Sudaryati Deyang, saat memberikan pengarahan di acara Sosialisasi dan Penguatan Tata Kelola Makan Bergizi Gratis Serta Pengawasan dan Pemantauan SPPG di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (12/12/2025). (Foto dok. BGN)
Baca 10 detik
  • Program MBG bertujuan strategis menggerakkan ekonomi dan mengatasi kemiskinan di perkotaan.
  • Program ini menyerap 47 relawan lokal per dapur dan menciptakan peluang kerja tidak langsung melalui bahan baku.
  • Nanik Sudaryati Deyang menyampaikan hal ini di Probolinggo pada Jumat (13/12/2025) menekankan dampak ekonomi masif.

Suara.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ternyata membawa misi besar tak hanya sekadar perbaikan gizi anak sekolah. Program ini juga dirancang secara strategis sebagai mesin penggerak ekonomi untuk mengatasi kemiskinan di masyarakat.

Dampak ekonominya pun terasa dari dua sisi. Secara langsung, program ini menyerap tenaga kerja lokal sebagai relawan dapur.

Sementara secara tidak langsung, MBG menciptakan efek domino dengan terbukanya lapangan kerja baru di sektor penyediaan bahan baku untuk Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG).

Hal ini disampaikan Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik Sudaryati Deyang dalam pengarahannya di acara Sosialisasi dan Penguatan Tata Kelola Makan Bergizi Gratis Serta Pengawasan dan Pemantauan SPPG di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (13/12/2025).

“Kalau ini terjadi, pengentasan kemiskinan di kota akan terjadi. Bukan hanya pembukaan lapangan pekerjaan, tapi sebetulnya Program MBG ini adalah jalan tol pengentasan kemiskinan," ujar Nanik.

Wajib Rekrut 47 Warga Lokal

Dalam skema operasionalnya, Nanik menjelaskan bahwa setiap dapur MBG memiliki kewajiban merekrut 47 warga yang berdomisili di sekitar lokasi dapur sebagai relawan.

Tugas mereka sangat beragam dan krusial, mulai dari pencuci ompreng, penerima dan pencuci bahan makanan, tim persiapan (memotong bahan), juru masak, pemorsian makanan, hingga kurir yang mengantarkan paket MBG ke sekolah-sekolah penerima manfaat.

Menariknya, ada jaminan keamanan kerja bagi para relawan ini. Nanik menegaskan, meskipun terjadi pengurangan jumlah penerima manfaat di kemudian hari, SPPG dilarang keras memecat para relawan dapur tersebut.

Baca Juga: Program MBG Jadi Contoh Reformasi Cepat, Airlangga Pamerkan ke OECD

Peluang Emas di Penyediaan Bahan Baku

Selain penyerapan tenaga kerja langsung, program MBG menjadi angin segar bagi ekosistem pertanian dan perdagangan lokal. Setiap SPPG dipastikan membutuhkan pasokan bahan baku dalam jumlah masif, terutama jika seluruh unit layanan di suatu wilayah telah beroperasi penuh.

SPPG Putri, Merauke, Papua Selatan. (badangizinasional.ri)
SPPG Putri, Merauke, Papua Selatan. (badangizinasional.ri)

Sebagai gambaran, untuk kebutuhan buah saja, satu unit SPPG memerlukan pasokan 2 hingga 3 kuintal. Belum lagi kebutuhan pokok lainnya seperti tempe, tahu, telur, dan sayuran.
Melihat besarnya potensi pasar ini, Nanik menyarankan masyarakat untuk jeli melihat peluang.

“Jadi tidak usah berebut dapur, sekarang yang paling menggiurkan itu sebenarnya adalah menyiapkan bahan baku,” ujar Nanik.
Solusi Konkret Kemiskinan Kota

Nanik menilai, karakteristik kemiskinan di wilayah perkotaan memiliki tantangan tersendiri karena ketiadaan lahan pertanian.

Oleh karena itu, satu-satunya cara mengentaskan kemiskinan kota adalah dengan menciptakan lapangan kerja.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI