Peregangan Sederhana Dalam Mobil Saat Mudik: Tubuh Kembali Segar!

Muhammad Yunus Suara.Com
Rabu, 02 April 2025 | 16:23 WIB
Peregangan Sederhana Dalam Mobil Saat Mudik: Tubuh Kembali Segar!
Ilustrasi peregangan selama perjalanan mudik [Dokumentasi pribadi dr Listya Tresnanti Mirtha]

Suara.com - Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dr. Andhika Respati Sp.KO mengatakan terdapat jenis peregangan atau stretching sederhana.

Dapat dilakukan di dalam transportasi yang mempunyai ruang terbatas ketika mengikuti perjalanan mudik.

"Peregangan itu sulit kalau lewat kata-kata, tapi kita bisa lihat contohnya di Google atau Youtube itu juga banyak. Bagaimana kita bisa stretching dengan menggunakan ruang yang sempit begitu ya," kata Andhika kepada ANTARA di Jakarta, Jumat (28/3).

Andika mengatakan peregangan dapat membantu membuat tubuh lebih rileks, terhindar dari rasa kaku hingga mengalami betis bengkak akibat tubuh berada dalam kondisi statis atau diam di tempat.

Misalnya melakukan peregangan hamstring, peregangan otot betis atau otot pinggul.

Sebagai contoh, apabila ingin meregangkan otot pinggang, masyarakat dapat menegakkan badan sambil membusungkan dada. Pastikan tangan kanan diletakkan di atas paha kiri kemudian putar badan sampai merasa seperti tertarik.

Pilihan lainnya yang dapat dicoba oleh masyarakat yakni dengan berjalan kaki di tempat istirahat (rest area).

Menurutnya, olahraga dapat dijalani dengan cara yang mudah tanpa harus dibuat sulit atau membawa alat-alat lainnya.

"Jadi kalau saya, sebenarnya olahraga itu tidak perlu dipersulitlah, sudah banyak bawaan buat apa bawa-bawa alat olahraga lagi kan?Ingat, olahraga itu harusnya tidak menyusahkan, semua itu bisa dibuat gampang," katanya.

Baca Juga: Cara Siasati Rest Area Penuh saat Arus Balik Mudik Lebaran

Andhika yang kini praktik di Klinik Utama Welspro turut menganjurkan bagi masyarakat yang ingin mudik, perlu memastikan tubuh dalam kondisi baik.

Ia mengingatkan agar jangan sampai kekurangan waktu untuk tidur meski sedang berpuasa, terutama bagi pihak yang mengendarai kendaraan.

Membawa bekal makanan yang sehat yang gizinya seimbang selama di perjalanan dan tetap aktif menggerakkan tubuh meski tidak melakukan olahraga.

"Jangan diam saja, jangan cuman tiduran saja seharian. Jadi tetap sebenarnya dengan gaya hidup yang baik, artinya mencukupi nutrisi, mencukupi kebutuhan gerak, sama juga mencukupi kebutuhan tidurnya, itu sebenarnya," ucap Andhika.

Mudik Sehat

Setiap tahun, jutaan manusia bergerak serempak menuju satu tujuan yang sama: pulang.

Dalam budaya Indonesia, disebut mudik. Sebuah kata sederhana yang menyimpan kerinduan dalam-dalam dan menyuarakan satu harapan kolektif, bertemu keluarga di kampung halaman.

Berkumpul di meja makan yang penuh hidangan nostalgia, serta melupakan sejenak kerasnya hidup di kota.

Mudik bukan sekadar perjalanan dari satu titik geografis ke titik lainnya. Ia adalah fenomena sosial yang unik.

Sebuah ritual massal yang sarat emosi dan budaya. Namun, di balik euforia dan romantika itu, tersimpan satu kenyataan yang sering luput dari perhatian: risiko kesehatan selama perjalanan.

Dokter Dito Anurogo mengatakan, dari kelelahan fisik, pola makan yang kacau, hingga penurunan daya tahan tubuh, semuanya bisa mengintai dan merusak momen indah yang seharusnya dirayakan.

Lalu pertanyaannya, mungkinkah mudik tetap penuh makna tanpa mengorbankan kesehatan? Jawabannya bukan hanya mungkin. Ia perlu dan mendesak untuk dilakukan.

Inilah saatnya kita membangun kesadaran baru: mudik yang sehat adalah investasi untuk Lebaran yang bahagia.

Paradigma Baru dalam Tradisi Lama

Di tengah gegap gempita arus mudik, kita kerap melihat hal yang sama berulang: wajah lelah di terminal, anak-anak menangis di dalam bus penuh sesak.

Pengemudi mengantuk yang memaksakan diri menyetir berjam-jam, bahkan ada yang terpaksa menghabiskan Lebaran di rumah sakit akibat infeksi saluran pencernaan atau dehidrasi berat.

Tradisi, betapapun mulianya, tak boleh membutakan kita dari realitas. Maka, yang diperlukan bukanlah penolakan terhadap mudik, melainkan perubahan cara pandang.

Bahwa mudik bukan hanya soal tiba, tapi soal bagaimana kita tiba. Bukan hanya cepat sampai, melainkan dalam keadaan sehat, waras, dan utuh.

Paradigma ini bukanlah bentuk kekhawatiran berlebihan. Ia lahir dari data dan pengalaman.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah lama mengingatkan bahwa perjalanan panjang, terutama yang dilakukan dalam posisi duduk tanpa henti.

Meningkatkan risiko Deep Vein Thrombosis (DVT), pembekuan darah di pembuluh vena dalam yang bisa berujung fatal.

Belum lagi masalah dehidrasi, infeksi saluran kemih, dan kelelahan kronis yang sering dianggap remeh.

Namun kabar baiknya, semua itu bisa dicegah dengan ilmu pengetahuan yang tepat dan tindakan kecil yang konsisten.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI