Sementara sang presiden AS sibuk mengangkat trofi simbolisnya, China justru terus bergerak—bukan mundur, tapi berputar, menyelinap, dan menyesuaikan diri dalam lanskap ekonomi global yang terus berubah.
Negeri Tirai Bambu tak tinggal diam. Mereka menambal celah, membuka jalur baru, dan menunjukkan satu hal penting: dalam konflik dagang, yang menang bukanlah yang paling keras, tapi yang paling luwes.
Tak ada akhir mutlak, tak ada pemenang sejati—hanya mereka yang bisa beradaptasi dengan cepat yang tetap bertahan di papan permainan.
Kini, kita tak lagi menyaksikan drama dua tokoh besar yang saling menyerang dengan dialog keras dan penuh gertakan.
Babak baru telah dimulai—lebih mirip tarian rumit di panggung diplomasi dan strategi. Bukan lagi perang terbuka, tapi negosiasi tersembunyi, perhitungan halus, dan langkah-langkah tak terduga.
Trump, tampaknya mulai memahami satu hal: dalam dunia perdagangan global yang penuh kejutan, terkadang improvisasi lebih berguna daripada naskah yang terlalu kaku.
Dan dengan begitu, "epilog" ini justru membuka jalan bagi kisah berikutnya. Perjalanan yang belum selesai, dengan plot twist yang mungkin tak seorang pun bisa tebak.
Baca Juga: Mobil Terendam Banjir? Jangan Langsung Nyalakan Mesin