Mirisnya Pabrikan Asal China Ini di Indonesia, Beberapa Produknya Tak Laku Di 2025

Sabtu, 19 April 2025 | 11:28 WIB
Mirisnya Pabrikan Asal China Ini di Indonesia, Beberapa Produknya Tak Laku Di 2025
Pembuktian Mobil Listrik DFSK Gelora E Lakukan Perjalanan Antar Pulau. (Foto: DFSK)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tahun 2025 menjadi babak yang cukup pahit bagi salah satu pabrikan otomotif asal China di Indonesia, DFSK. Datang dengan harapan besar, teknologi mumpuni, dan harga yang kompetitif, mereka membayangkan bisa menggebrak pasar dan menyaingi raksasa-raksasa otomotif Jepang yang sudah lebih dulu mengakar.

Namun, realita tak semanis ekspektasi. Alih-alih menuai sukses, justru beberapa produk-produknya tak laku di pasaran.

Sang pendatang dari Negeri China tersebut harus mengalami nasib nahas. Bagai ksatria dengan pedang terhunus, mereka siap menghadirkan alternatif segar di tengah dominasi para raja otomotif yang telah mapan.

Senjata andalannya? Lini produk yang beragam dan teknologi mobil listrik melalui sub-brand Seres.

Dengan mengusung dua model andalan—Gelora EC36 minibus dan E502 EV B (4X2) A/T—pabrikan asal China ini berambisi besar untuk mengguncang pasar otomotif Tanah Air, khususnya di segmen mobil listrik dan niaga ringan. Namun, kenyataan ternyata jauh dari ekspektasi.

DFSK Gelora (DFSK)
Mobil Listrik  - DFSK Gelora (DFSK)

Data wholesales Gaikindo untuk kuartal pertama 2025—periode Januari hingga Maret—ibarat tamparan telak bagi DFSK. Alih-alih menjadi pionir dalam transformasi mobilitas ramah lingkungan, dua model andalannya justru tidak mencatat penjualan satu unit pun. Ya, nol unit. Angka yang membuat banyak orang mengernyitkan dahi dan bertanya-tanya: apa yang sebenarnya terjadi?

Di tengah lesunya pasar dan tekanan dari berbagai sisi, harapan ternyata masih menyala. Gelora EC35, blind van andalan dari DFSK, justru menunjukkan performa yang mengejutkan. Layaknya oase di tengah gurun, kendaraan niaga ini hadir sebagai titik terang dalam perjalanan penuh tantangan.

Angka penjualannya pun berbicara lantang: dari hanya 13 unit di bulan Januari, naik menjadi 31 unit di Februari, dan melonjak tajam ke 52 unit pada Maret. Dalam waktu tiga bulan saja, total 96 unit terjual—sebuah lonjakan yang patut diacungi jempol di tengah kondisi pasar yang tidak mudah.

Kisah pahit DFSK di Indonesia menyimpan pelajaran penting bagi siapa pun yang ingin bermain di industri otomotif Tanah Air. Ternyata, menaklukkan pasar bukan cuma soal teknologi canggih atau harga miring. Lebih dari itu, ada "bumbu rahasia" yang tak bisa diabaikan.

Baca Juga: Mobil Listrik Seres E1 Debut di GIIAS 2023, Harganya Cuma Rp 189 Juta

Ada "resep rahasia" yang harus dipecahkan - memahami selera lokal, membangun kepercayaan konsumen, dan menciptakan ekosistem yang mendukung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI