Era Baru Mobil Listrik China Geser Raksasa Otomotif

Selasa, 27 Mei 2025 | 18:20 WIB
Era Baru Mobil Listrik China Geser Raksasa Otomotif
Ilustrasi mobil listrik (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pabrikan mobil listrik China mulai dari BYD, Geely hingga Li Auto mengepung Tesla dalam peringkat IMD Future Readiness Indicator (FRI) Automotive 2025. 

Tahun ini, untuk pertama kalinya BYD berhasil menang tipis dari Tesla. BYD kini menempati peringkat pertama dengan skor 100 sementara Tesla mesti puas dengan peringkat kedua dengan skor 98.1.

Setelah Tesla, ada dua produsen mobil listrik China lain yang mengekor Geely (82) di peringkat tiga dan Li Auto (56.1) di posisi kempat. 

Keduanya berhasil menggeser Volkswagen dan Stellantis dari peringkat lima besar. Perubahan peringkat ini juga membuat posisi Hyundai, Ford, General Motors, Toyota, hingga Mercedez mengalami penurunan.

"Posisi Tesla yang tak tergoyahkan sejak 2019, akhirnya tumbang disalip BYD," jelas Howard Yu, Profesor Manajemen dan Inovasi serta Direktur Pusat Kesiapan Masa Depan IMD, Selasa (27 Mei 2025).

BYD siap bersaing dengan Karimun Wagon R di pasar kei car. Ilustrasi Logo BYD
Ilustrasi Logo BYD. (Foto: Istimewa)

"Sementara Volkswagen dan Stellantis tak cukup gesit mengantisipasi perubahan industri otomotif global," tambahnya.

Keberhasilan perusahaan mobil listrik China menempati peringkat sepuluh besar menurut IMD didorong oleh berbagai perubahan drastis yang mereka lakukan. 

"BYD melakukan ekspansi teknologi dan pabrik secara besar-besaran. Sementara Li Auto, Geely, dan XPeng bertumbuh sangat cepat, sehingga memberi tekanan besar bagi peta persaingan industri otomotif," kata Yu.

Strategi yang dilakukan BYD, Geely, Li Auto, dan XPeng, terbukti diminati konsumen. Hal ini tentu berdampak langsung pada pertumbuhan pendapatan ketiga perusahaan, sehingga ketiganya berhasil menggeser posisi para produsen mobil Eropa dan Jepang.

Baca Juga: Daftar Harga Mobil Toyota Mei 2025, Lengkap dari Agya hingga Hilux

Barisan mobil di Geely Auto Changxing Base, pabrik berteknologi tinggi dan ramah lingkungan Geely di Tiongkok. Pabrik ini bisa memproduksi 400 ribu unit mobil per tahun. [Suara.com/Liberty Jemadu]
Barisan mobil di Geely Auto Changxing Base, pabrik berteknologi tinggi dan ramah lingkungan Geely di Tiongkok. Pabrik ini bisa memproduksi 400 ribu unit mobil per tahun. [Suara.com/Liberty Jemadu]

Cara pabrikan China mengembangkan mobil listrik, berbeda dengan metode para pemain tradisional. Mereka mengutamakan desain mobil berdasarkan pengembangan software dan integrasi digital. Sementara pemain lama biasanya terlalu menitikberatkan pada sisi hardware.

Efeknya, mereka tak perlu melakukan recall ketika mobil perlu melakukan kalibrasi kendaraan. Perbaikan suspensi hingga fitur keamanan, bisa dilakukan hanya dengan melakukan update software saja. Hal ini tentu menekan biaya produsen dan terasa lebih nyaman bagi konsumen ketimbang cara konvensional.

Digitalisasi juga mempengaruhi bagaimana mereka mengawasi dan mengamankan rantai pasokan dan distribusi. Dengan digital tracking system, pengiriman bisa dilacak dengan lebih presisi dan transparan. 

"Meskipun kendaraan listrik memerlukan komponen canggih seperti baterai dan semikonduktor, namun mereka mendapat keuntungan dari rantai pasokan yang lebih fleksibel. Sementara itu, kompleksitas rantai pasokan produsen mobil tradisional lebih rumit," jelas Yu.

Selain itu, pabrikan mobil China juga piawai membuat perbaikan dan penyesuaian dalam waktu singkat. Contohnya mereka bisa meluncurkan model baru atau pembaruan software dengan kecepatan yang sulit disaingi oleh produsen mobil Eropa. 

Bila pabrikan mobil Eropa mungkin perlu 5-7 tahun untuk membuat mobil generasi baru. Sementara produsen mobil China seperti Li Auto, bisa meluncurkan mobil baru setengah dari waktu yang dibutuhkan pabrikan Barat imbas dari sistem organisasi yang lincah seperti startup.

Untuk pembaruan (upgrade) software, para produsen China bisa melakukannya setiap tahun di beberapa lini model EV-SUV mereka. Ketika permintaan mobil listrik meningkat, pabrikan China dapat dengan cepat meraup pasar. 

Mereka mengakali dengan segera meningkatkan produksi untuk model-model entry-level terlebih dulu agar bisa mencuri start dan mengambil konsumen ketika lawan-lawan mereka masih sibuk memperbesar dan merombak pabrik.  

Krisis Pabrikan Otomotif Tradisional

Sebaliknya, para pemain otomotif petahana menghadapi krisis ganda. Pertama terkait turunnya keuntungan di China. Padahal menurut Yu, China adalah pasar kunci untuk pertumbuhan mereka. Masalah kedua, mereka tak sanggup untuk membiayai riset dan pengembangan mobil listrik yang butuh pendanaan besar.

Volkswagen misalnya, meski perusahaan ini didapuk sebagai pemain tradisional yang punya kesiapan masa depan paling baik, namun mereka menghadapi kesulitan akibat pendapatan yang terus menurun dan ketergantungan mereka dengan model yang terlalu hardware-centric.

Untuk itu, produsen otomotif lawas mesti melakukan strategi baru agar bisa bersaing. Menurut Yu, Mereka harus bisa mengikuti tren industri otomotif yang kini membuat mobil sebagai "komputer berjalan". 

"Namun para pemain lama ini memiliki keuntungan karena merek mereka sudah lebih dikenal dan dipercaya masyarakat di berbagai belahan dunia. Sementara para pemain China dan Tesla saat ini masih terkonsentrasi di beberapa negara tertentu saja," pungkas Yu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI