Suara.com - Pertunjukkan Wayang Orang Ngesti Pandowo sudah sangat identik dengan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS). Meski mengalamai pasang surut, Ngesti Pandowo mampu bertahan untuk melestarikan budaya dan menghadirkan pertunjukkan untuk masyarakat Semarang dan wisatawan.
Grup Wayang Orang Ngesti Pandowo telah menggelar pertunjukan sejak 1940-an. Grup ini dirintis oleh beberapa seniman kawakan waktu itu, seperti Sastro Sabdho, Narto Sabdho, Darso Sabdho, Kusni, dan Sastro Soedirjo. Kini Ngesti Pandowo telah memasuki generasi ketiga.
Tidak mudah bagi Ngesti Pandowo yang berasal Madiun ini untuk mencapai puncak keemasannya.
Di awal berdiri hingga 1945, banyak kesulitan menghadang grup wayang orang ini. Namun mereka tetap ulet untuk terus berkarya dan lebih tertata sejak 1949.
Puncaknya, ketika grup ini memperoleh kesempatan pentas di Istana Negara Jakarta, di depan Presiden I RI, Soekarno.
Berkat kegigihan dan kiprah para seniman Ngesti Pandawa, paguyuban ini dianugerahi piagam dari Presiden RI saat itu, “Wijaya Kusuma”, yang diberikan pada 17 Agustus 1962.
Ya, meski lahir di Madiun Jawa Timur, Ngesti Pandowo besar di Semarang. Mereka mulai menetap di Semarang pada 1950-an.
Hadi Supeno, Wali Kota Semarang ketika itu sangat menyukai kepiawaian para seniman Ngesti Pandowo yang saat itu sedang pentas keliling dan singgah di Semarang.
Menuruti kecintaan akan budaya dan mencegah agar Ngesti Pandowo tidak berpindah ke tempat lain, wali kota kemudian membangunkan Kompleks Gedung Rakyat Indonesia Semarang (GRIS) untuk aktivitas kesenian. Sejak saat itulah Paguyuban Wayang Orang Ngesti Pandowo menetap di Semarang.
Pada 1996 muncul persoalan berkaitan dengan lahan GRIS, yang membuat mereka tidak mempunyai tempat yang tetap untuk pentas. Hal ini membuat grup Ngesti Pandowo sempat tercerai-berai. Namun, itu tak menyurutkan langkah awak Ngesti Pandowo untuk tetap memilih wayang orang sebagai ajang berkesenian.
Tekad kuat Ngesti Pandowo membuat grup ini mampu bertahan di tengah perubahan yang terjadi. Pemerintah Kota Semarang pun kembali memfasilitasi grup ini untuk pentas di Gedung Ki Narto Sabdho di TBRS.
Kini masyarakat masih bisa menyaksikan pentas grup wayang orang legendaris ini setiap malam Minggu.
Bagi penggemar wayang orang, tentu tidak akan bosan menikmati pertunjukkan, karena lakon yang dimainkan berbeda-beda setiap minggunya. Para wisatawan yang berkunjung ke Semarang pun akan merasa senang jika bisa menikmati pertunjukkan wayang orang, yang telah menjadi ikon budaya Kota Semarang ini.
Kali ini Ngesti Pandowo akan hadir di "Loenpia Jazz 2017", pada 20 Mei 2017, di TBRS Semarang, tepatnya di Gedung Ki Narto Sabdo. Harga tiket masuk Rp 30 ribu per lembar. Pada kesempatan yang sama, grup ini akan meluncurkan website baru mereka.
Ngesti Pandowo, Ikon Semarang Hadir di "Loenpia Jazz 2017"
Fabiola Febrinastri Suara.Com
Rabu, 17 Mei 2017 | 15:00 WIB

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
BREAKING NEWS! PSIS Semarang Depak Gilbert Agius, Ini Penyebabnya
29 April 2025 | 13:22 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Press Release | 07:00 WIB
Press Release | 02:47 WIB
Press Release | 21:30 WIB
Press Release | 18:05 WIB
Press Release | 17:20 WIB
Press Release | 15:10 WIB
Press Release | 10:05 WIB
Press Release | 09:11 WIB
Press Release | 19:05 WIB