Sungai Watch: Botol Air Minum Paling Banyak 'Nyampah' di Bali

Kamis, 02 Desember 2021 | 13:05 WIB
Sungai Watch: Botol Air Minum Paling Banyak 'Nyampah' di Bali
Sampah plastik mendominasi sungai. (Dok: Sungai Watch)

Suara.com - Sebuah organisasi nirlaba di Bali bernama Sungai Watch telah merilis laporan bertajuk "River Plastic Report 001". Disebutkan, 5,2 juta ton sampah plastik terkumpul dalam kurun waktu dua bulan, yaitu Agustus-September 2020, selama proses bersih-bersih sampah plastik di delapan lokasi di Bali.

Kehadiran Sungai Watch berawal dari membanjirnya sampah plastik di perairan Bali. Bank Dunia mencatat, sekitar 187 juta orang Indonesia yang tinggal dalam radius 50 kilometer dari pesisir menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. 

Di Bali, kawasan pantai yang seharusnya bersih, indah, dan nyaman, hari-hari belakangan penuh dengan pemandangan botol plastik, saset kemasan, sikat gigi, pempers bayi dan tak terhitung jenis dan ragam produk lainnya, utamanya yang berbahan plastik, kerap terlihat mengapung di perairan laut. 

Hal inilah yang memotivasi Gary Bencheghib untuk melakukan sesuatu. Dia merupakan anak muda berdarah Prancis yang sudah lama menetap di Bali bersama orangtuanya.

Banyak yang mengenalnya sebagai film-maker, aktivis sekaligus 'selebriti' lingkungan. Pada 2018 silam, dia pernah diundang untuk bertemu langsung Presiden Joko Widodo lepas memviralkan video gunungan sampah plastik di Sungai Citarum, salah satu sungai terkotor di dunia.

Dari penyelidikan sederhana, Bencheghib dan sejumlah rekannya menemukan bahwa 90 persen dari sampah plastik yang berakhir di laut Bali berasal dari sampah yang hanyut dari sungai. Lantaran itulah, Sungai Watch memulai prakarsa sederhana memasang jaring sampah (trash barrier). Selain menahan sampah plastik agar tak hanyut ke laut, jejaring sampah itu memberi waktu bagi relawan untuk menarik sampah yang terlanjur hanyut ke sungai.

Per September silam, Sungai Watch tercatat telah memasang 100 unit jaring sampah di berbagai lokasi aliran air di Bali. Lembaga menargetkan memasang 1.000 unit baru untuk setahun ke depan.

Gary Bencheghib dan aktivitasnya. (Dok: Sungai Watch)
Gary Bencheghib dan aktivitasnya. (Dok: Sungai Watch)

Di hari ulang tahunnya yang ke-27, Bencheghib menggelar selebrasi kecil untuk perjuangan organisasi membersihkan perairan sungai di Bali.  Satu tahun sebelumnya, Bencheghib menginisiasi Sungai Watch. Dia mengajak rekan, kenalan dan sahabat dari berbagai latar dan usia untuk sudi berkotor-kotor jadi relawan pembersih sungai. Target utama mereka adalah sampah plastik.

Awalnya hanya ada 22 orang relawan yang ikut kegiatan bersih-bersih sungai itu. Namun berganti tahun, tercatat ada 525 orang relawan yang aktif mengumpulkan sampah plastik dari sungai, jaringan irigasi dan pengairan lainnya di Bali.

Baca Juga: KLHK: Galon Guna Ulang Miliki Hirarki Tertinggi untuk Kurangi Sampah Plastik

Dalam sekali kegiatan, biasanya setiap Jumat, kerap hingga 200 orang relawan yang ikut berburu sampah plastik di sungai. Sampah plastik yang mereka kumpulkan kadang mencapai 200 kilogram. Bila banjir, angkanya bisa mencapai satu ton.

Audit Merek Pencemar Sungai
Inisiatif lingkungan Sungai Watch belakangan menggema ke luar Bali. Di Jawa Timur, organisasi lingkungan Ecological Observation and Wetlands Conservation bahkan sampai tergerak membuat sebuah Museum Plastik. Museum itu antara lain memajang sebuah karya seni yang tersusun dari 3.500 lebih jenis sampah botol plastik yang mencemari banyak sungai di Jawa Timur.

Beda dengan Ecoton, Sungai Watch punya keunggulan tersendiri. Para relawan organisasi ini mensortir semua sampah plastik yang terkumpul, mendatanya berdasarkan jenis plastik, kategori produk, merek, dan kondisinya. Pendek kata, brand audit atas sampah perusahaan hingga akhirnya menghasilkan laporan bertajuk "River Plastic Report 001" tersebut .

Laporan menyebutkan ada 400 merek plastik, terafiliasi pada 100 perusahaan, yang produknya mengotori sungai di Bali. Bentuk sampah korporasi itu disebutkan antara lain berupa botol plastik, sedotan, kantong kresek, kemasan saset, gelas plastik, ban, sendal, kertas dan kartus, styrofoam, dan plastik keras jenis HDPE.

Laporan tersebut juga mendaftar lima perusahaan yang plastik kemasannya paling banyak mencemari sungai di Bali, yaitu Danone Aqua, Wings Corp, Unilever, Santos Jaya Abadi dan Siantar Top.

"Perusahaan yang paling banyak mencemari sungai dalam laporan ini adalah Danone Aqua dengan 2.834 buah plastik, disusul Wings Corp dengan 1.928 plastik dan Unilever dengan 1.625 plastik," kata laporan itu, merujuk pada hasil pemilihan 5,2 juta ton sampah plastik yang terkumpul.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI