Ramadan: Puncak pembakaran segala keburukan hingga hangus tak bersisa.
Syawal: Masa peningkatan kualitas ketakwaan pasca-Ramadan.
Dzulqaidah: Waktu untuk refleksi dan mencari ketenangan batin.
Dzulhijjah: Puncak dari perjalanan hijrah setahun penuh, yang disimbolkan dengan ibadah haji yang mabrur (hilangnya keburukan dan lahirnya kebaikan).
Peringatan dan Amalan di Bulan Rajab
Mengingat statusnya sebagai bulan haram, Rajab memiliki konsekuensi spiritual yang besar. Ibnu Abbas ra. memberikan penegasan bahwa kemaksiatan yang dilakukan dengan sengaja di bulan-bulan mulia akan diganjar dosa dua kali lipat lebih berat. Sebaliknya, kebaikan pun akan dilipatgandakan pahalanya.
Allah menyediakan Rajab agar manusia bisa kembali ke "mode saleh" sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang dianjurkan UAH selama bulan Rajab:
Penguatan Shalat: Meningkatkan kuantitas dan kualitas shalat fardhu maupun sunnah sebagai perisai dari perbuatan keji.
Interaksi dengan Al-Qur'an: Menjadikan bacaan Al-Qur'an sebagai penjaga ketenangan jiwa.
Baca Juga: Awal Rajab NU dan Muhammadiyah 2025, Ini Tiga Amalan yang Bisa Dijalankan
Menjaga Kesucian (Wudhu): Menggunakan wudhu sebagai sarana pembersihan anggota tubuh dari sisa-sisa kesalahan.
Melatih Puasa Sunnah: Meneladani Rasulullah SAW yang rajin berpuasa di bulan Rajab sebagai persiapan fisik dan spiritual. UAH menyarankan memulai dari puasa Senin-Kamis, yang kemudian bisa ditingkatkan menjadi puasa Daud.
UAH menekankan bahwa ketenangan jiwa (muthmainnah) adalah dampak nyata dari ibadah yang dilakukan secara tertata. Dengan memanfaatkan bulan Rajab untuk evaluasi total, seorang muslim diharapkan dapat berpulang ke hadapan Allah dengan status 'abdun (hamba yang dicintai) dan jiwa yang tenang saat menghadapi sakaratul maut.
Kontributor : Rizqi Amalia