''Ketiganya berbeda pada konstrusi mekanik dan kinematikanya. Tipe kartesian sendiri terdiri dari beberapa turunan seperti corexy, dan h-bot. Kami coba kembangkan apapun yang dibutuhkan,'' tuturnya.
Sementara itu, saat ini riset tersebut sudah mencapai tahap produksi. Printer 3D karya Heri bersama timnya tersebut kini sudah dipakai oleh beberapa universitas, akademi, politeknik, SMK, serta beberapa UMKM.
''Sekarang sedang mengejar agar bisa membuat 1000 mesin per tahun,'' sebutnya.
Menurut Heri, target selanjutnya adalah agar produk ini bisa dipakai di rumah-rumah. Ia memperkenalkan proyek yang disebutnya dengan HALTech (Home As Laboratory Technology).
Melalui proyek ini, ia ingin membawa produk-produk dari Revolusi Industri 4.0 yang dikembangkannya ke rumah-rumah.
Baca Juga : Halo Banjir, Inovasi Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir Karya Mahasiswa UGM
''Konsep HALTech adalah membuat adanya laboratorium di setiap rumah. Intinya rumah bisa menjadi tempat sumber inspirasi teknologi dan ilmu pengetahuan. Saat ini fokusnya adalah Printer 3D terlebih dahulu,'' ungkapnya.
Heri berharap risetnya ini mendapat dukungan dari pemerintah. Tahun 2018 lalu, ia sudah diminta oleh Direktorat Pembinaan SMK untuk membina 50 SMK di Indonesia.
Kali ini, ia berharap untuk mendapat dukungan dari Kementrian Perekonomian, Kementrian Perindustrian, serta Kementrian Tenaga Kerja agar produknya ini bisa menembus pasar.
Baca Juga: Di Masa Depan, Bangun Rumah Pakai Printer 3D
''Melalui Printer 3D ini kami ingin menunjukkan bahwa ini adalah murni karya anak bangsa dan nantinya dimanfaatkan untuk kepentingan dan kemajuan Indonesia sendiri. Dengan demikian, hal itu akan membua UGM diakui sebagai nomor satu untuk Printer 3D di Indonesia, syukur lagi jika bisa mencapai tingkat dunia,'' pungkasnya. (HiTekno.com)