Suara.com - Seks yang kita tahu akan berubah.
Kita saat ini telah hidup dalam revolusi seksual yang baru, berkat teknologi yang mengubah cara kita berhubungan satu sama lain dalam hubungan intim kita. Tapi kami percaya bahwa gelombang kedua dari teknologi seks mulai muncul, dan ini mengubah cara beberapa orang melihat identitas seksual mereka.
Orang-orang yang kita sebut sebagai digiseksual beralih ke teknologi canggih, seperti robot, realitas virtual (VR) dan perangkat umpan balik yang dikenal sebagai teledildonics (teknologi seks jarak jauh), untuk menggantikan pasangan manusia.
Mendefinisikan digiseksualitas
Dalam penelitian ini, kami menggunakan istilah digiseksualitas dalam dua pengertian. Yang pertama, pengertian yang lebih luas untuk menggambarkan penggunaan teknologi canggih dalam seks dan hubungan satu sama lain. Orang-orang sudah akrab dengan apa yang kita sebut teknologi seksual gelombang pertama, yang telah banyak kita gunakan untuk menghubungkan kita dengan mitra atau calon pasangan kita saaat ini. Kita saling mengirim pesan teks, kita menggunakan Snapchat dan Skype, dan membuka aplikasi sosial seperti Tinder dan Bumble untuk bertemu orang baru.
Teknologi ini telah diadopsi secara luas, sangat cepat, sehingga emosi yang dalam dalam hubungan intim kita mudah terlewatkan.
Sangat menarik mempelajari bagaimana orang menggunakan teknologi dalam hubungan mereka. Tidak mengherankan, dalam penelitian kami, kami dapat melihat orang-orang menampilkan gaya yang berbeda dalam penggunaan teknologi mereka. Seperti halnya hubungan dengan sesama manusia, orang berhubungan dengan teknologi mungkin melihatnya dengan cara yang aman, gelisah, menjauh atau kombinasi (sering tidak beraturan) ketiganya.
Terdapat pengertian kedua, yang lebih sempit, yang kita gunakan istilah digiseksual untuk orang-orang yang identitas seksualnya dibentuk oleh apa yang kita sebut teknologi seksual gelombang kedua.
Teknologi ini ditentukan oleh kemampuan mereka untuk menawarkan pengalaman seksual yang intens, mendalam dan tidak tergantung pada pasangan manusia. Robot seks adalah teknologi gelombang kedua yang paling dikenal orang.
Robot seks belum ada saat ini, hanya segelintir, tapi mereka telah banyak dibahas di media dan sering muncul di film dan di televisi. Beberapa perusahaan telah meninjau bentuk awal dari robot seks, tapi hal ini tidak mendekati apa yang kebanyakan orang anggap sebagai robot seks yang baik. Mereka juga terlihat sangat menyeramkan.
Memperbaiki robot seks
Ada beberapa perusahaan, seperti Real Doll, yang bekerja untuk mengembangkan robot seks yang lebih realistik. Namun ada beberapa kendala teknis yang belum dapat mereka atasi.
Kecerdasan buatan yang benar-benar bersifat interaktif masih berkembang dengan lambat, misalnya, terbukti sulit untuk mengajarkan robot untuk berjalan. Lebih menariknya lagi, beberapa kreator telah mulai bereksperimen untuk mendesain secara inovatif robot seks yang dapat berinteraksi.
Sementara itu, realitas virtual (VR) berkembang pesat. Dan di industri seks, VR sudah digunakan untuk melampaui tampilan pasif tayangan pornografi. Gambaran dunia virtual yang spektakular dan multi-pengguna, sering kali digabungkan dengan perangkat yang dapat memberikan sensasi sentuhan, telah mulai diciptakan yang menawarkan orang-orang pengalaman seksual yang intens yang mungkin tidak pernah bisa dilakukan oleh dunia nyata.
Jurnalis investigatif Emily Witt telah menulis tentang pengalamannya dengan beberapa teknologi ini dalam bukunya pada 2016, Future Sex: A New Type of Free Love.