Temuan penting lainnya dari studi ini adalah konsumen pornografi kompulsif mendapati diri mereka menginginkan dan membutuhkan lebih banyak pornografi, meskipun mereka tidak selalu menyukainya. Putusnya hubungan antara keinginan dan kesukaan adalah ciri khas ketidakteraturan sirkuit imbalan.
Penyelidikan serupa yang dilakukan oleh para peneliti di Max Planck Institute, Berlin, Jerman, menemukan bahwa konsumsi pornografi yang lebih tinggi berkorelasi dengan kurangnya aktivasi di otak dalam tanggapan terhadap gambaran pornografi konvensional. Hal ini menjelaskan mengapa pengguna cenderung beralih ke bentuk-bentuk pornografi yang lebih ekstrem dan tidak konvensional.
Analitik Pornhub mengungkapkan bahwa seks konvensional semakin kurang diminati pengguna dan digantikan oleh tema-tema seperti inses dan kekerasan.
Dilanggengkannya kekerasan seksual daring sangat mengkhawatirkan, karena tingkat kejadian di kehidupan nyata dapat meningkat sebagai akibatnya. Beberapa ilmuwan menghubungkan ini dengan aksi neuron cermin. Sel-sel otak ini dinamai demikian karena mereka berpendar ketika individu melakukan suatu tindakan dan juga ketika individu mengamati tindakan yang sama dilakukan oleh orang lain.
Wilayah otak yang aktif ketika seseorang menonton film porno adalah daerah otak yang sama yang aktif saat orang tersebut benar-benar berhubungan seks.
Marco Iacoboni, profesor psikiatri di University of California Los Angeles, berspekulasi bahwa sistem ini memiliki potensi untuk menyebarkan perilaku kekerasan: “mekanisme cermin di otak juga menunjukkan bahwa kita secara otomatis dipengaruhi oleh apa yang kita indera, dan menunjukkan kemungkinan mekanisme neurobiologis dalam penularan perilaku kekerasan.”
Meskipun spekulatif, hal ini menunjukkan hubungan antara pornografi, neuron cermin, dan peningkatan tingkat kekerasan seksual berfungsi sebagai peringatan. Konsumsi konten pornografi yang tinggi mungkin tidak mendorong penontonnya ke titik ekstrem, namun hal tersebut dapat mengubah perilaku dengan cara lain.
Pengembangan moral
Konsumsi konten pornografi telah dihubungkan dengan erosi pada korteks prefrontal - wilayah otak yang menampung fungsi eksekutif seperti moralitas, tekad, dan kontrol impuls.
Baca Juga: Kominfo: Media Sosial Penyebar Pornografi Langsung Didenda Rp 100 Juta
Untuk memahami lebih baik peran struktur ini dalam perilaku, patut diketahui bahwa struktur ini belum berkembang selama masa kanak-kanak. Inilah sebabnya mengapa anak-anak kesulitan untuk mengatur emosi dan impuls mereka.
Kerusakan pada korteks prefrontal pada masa dewasa disebut hypofrontality, yang mendorong seseorang untuk berperilaku kompulsif dan membuat keputusan yang buruk.
Ini menunjukkan sebuah paradoks: hiburan dewasa dapat menyebabkan susunan otak kita mundur ke keadaan saat kita belum cukup umur.
Ada ironi yang lebih besar lagi di sini; pornografi memberikan bujuk rayu kepuasan seksual, namun pada kenyataannya yang terjadi justru sebaliknya.
Artikel ini sudah ditayangkan di The Conversation.