Suara.com - Purwarupa drone militer pertama buatan Indonesia, Elang Hitam, diperkenalkan di Bandung, Jawa Barat oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Senin (30/12/2019).
![Drone atau Pesawat Udara Nir-Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) diperlihatkan di hanggar PT Dirgantara Indonesia (Persero), Bandung, Jawa Barat, Senin (30/12/2019). [Antara/M Agung Rajasa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/12/30/39701-drone-ptdi-pesawat-udara-nirawak-puna-male.jpg)
Elang Hitam adalah drone atau pesawat udara nirawak (PUNA) tipe medium altitude long endurance (MALE) yang mampu terbang tanpa henti selama lebih dari 24 jam.
Pesawat ini dikembangkan oleh Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak yang beranggotakan BPPT, Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara sebagai pengguna, Institut Teknologi Bandung sebagai mitra perguruan tinggi, PTDI sebagai mitra industri pembuatan pesawat, PT LEN Persero yang mengembangkan sistem kendali dan muatan, serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
"Pesawat Tanpa Awak MALE Elang Hitam ini hasil rancang bangun, rekayasa dan produksi anak bangsa," kata Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza di hanggar PTDI.
Nama Elang Hitam pada drone atau PUNA MALE ini diberikan oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro.
![Drone atau Pesawat Udara Nir-Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) diperlihatkan di hanggar PT Dirgantara Indonesia (Persero), Bandung, Jawa Barat, Senin (30/12/2019). [Antara/M Agung Rajasa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/12/30/56519-drone-ptdi-pesawat-udara-nirawak-puna-male.jpg)
Hammam Riza menjelaskan bahwa pengembangan PUNA MALE untuk mendukung kemandirian alat utama sistem pertahanan negeri serta mendukung kegiatan intelijen, pengawasan, pengintaian dan penargetan.
"PUNA MALE Elang Hitam ini rencananya akan dipersenjatai rudal dan mampu terbang dengan ketinggian jelajah hingga 23.000 kaki," katanya.
Ia mengemukakan bahwa drone Elang Hitam juga dapat digunakan untuk melakukan pengawasan dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik di wilayah darat maupun laut melalui pantauan udara.
Pemantauan ini dilakukan dalam mengantisipasi ancaman yang terjadi di daerah perbatasan, serta kasus lain seperti terorisme, penyelundupan, pembajakan, hingga pencurian sumber daya alam di antaranya pembalakan liar dan pencurian ikan.
Baca Juga: Wow! Drone Tempur Pertama Buatan Indonesia Meluncur di Bandung
"Kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien dan kemampuan muatan yang lebih besar dan jangkauan radius terbang yang jauh secara continue menjadi kebutuhan yang harus diantisipasi," katanya.
Hammam berharap kehadiran Elang Hitam akan dapat menjawab tantangan terkait pengawasan kedaulatan NKRI dan mendorong Indonesia menjadi negara yang maju, mandiri dan berdaya saing.
"Diharapkan dengan kemandirian ini maka PUNA MALE buatan Indonesia dapat mengisi kebutuhan skadron TNI AU untuk dapat mengawasi wilayah NKRI melalui udara," katanya.
Elang Hitam memiliki spesifikasi di antaranya daya jelajah dan komunikasi hingga 250 km, durasi terbang terus menerus hingga 30 jam, dimensi panjang pesawat 8,3 m dan bentang sayap 16 m.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro mengatakan inisiasi pelaksanaan riset dalam program konsorsium PUNA MALE diawali oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI dan PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2015 dan 2016.
Ia menjelaskan program konsorsium pesawat udara nirawak PUNA MALE merupakan proyek strategis nasional sebagaimana yang disinergikan oleh perusahaan BUMN klaster industri pertahanan untuk peningkatan kemandirian industri pertahanan dan keamanan.