Suara.com - NASA telah menyetujui dua misi heliosifika untuk menjelajahi Matahari dan sistem yang mendorong cuaca luar angkasa di dekat Bumi.
Kontribusi NASA untuk misi Extreme Ultraviolet High-Throughput Spectroscopic Telescope Epsilon (EUVST) dan penjelajah Electrojet Zeeman Imaging Explorer (EZIE), akan membantu para ahli memahami Matahari dan Bumi sebagai sistem yang saling berhubungan.
Heliofisika (fisika Matahari) sendiri merupakan ilmu Matahari dan hubungan fisik antara Matahari dan tata surya.
Memahami fisika yang mendorong angin Matahari dan ledakan Matahari, dapat membantu para ilmuwan memprediksi peristiwa yang dapat mempengaruhi teknologi manusia dan penjelajah di luar angkasa.
![Logo NASA. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/04/22/99835-logo-nasa.jpg)
Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) akan memimpin misi Extreme Ultraviolet High-Throughput Spectroscopic Telescope (EUVST) Epsilon Mission (Solar-C EUVST Mission) bersama dengan mitra internasional lainnya.
Misi tersebut ditargetkan akan diluncurkan pada 2026. EUVST adalah teleskop surya yang akan mempelajari bagaimana atmosfer Matahari melepaskan angin Matahari dan mendorong letusan material Matahari.
Fenomena ini menyebar keluar dari Matahari dan mempengaruhi lingkungan radiasi luar angkasa di seluruh tata surya.
Kontribusi perangkat keras NASA untuk misi tersebut mencakup detektor UV yang diintensifkan dan mendukung elektronik, komponen spektrograf, teleskop pemandu, perangkat lunak, dan slit-jaw imaging system untuk memberikan konteks pengukuran spektrografi.
Dilansir dari Scitechdaily, Selasa (5/1/2021), NASA memberikan anggaran kontribusi untuk misi EUVST sebesar 55 juta dolar AS.
Baca Juga: Pria Ini Iseng Masak Telur Pakai Panas Matahari, Hasilnya Mencengangkan
"Dengan misi baru ini, kami memperluas cara kami mempelajari Matahari, ruang angkasa, dan Bumi sebagai sistem yang saling berhubungan," kata Peg Luce, wakil direktur Divisi Heliofisika di NASA.