Membantah Teori Konspirasi Seputar Serangan 11 September atas New York

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 11 September 2021 | 12:37 WIB
Membantah Teori Konspirasi Seputar Serangan 11 September atas New York
Serangan 11 September 2001. Foto: Menara kembar WTC di New York, Amerika Serikat mengeluarkan asap setelah dihantam pesawat teroris Al Qaeda pada 11 September 2001 (Shutterstock).

Apilah yang sesungguhnya menyebabkan keruntuhan ini. Dan api ini diyakini berasal dari sisa bahan bakar pesawat yang terbakar.

Menurut laporan FEMA, kebakaran di dalam gedung menyebabkan pemuaian akibat panas di lantai-lantai secara horizontal dan mengarah keluar, memberikan tekanan pada kolom baja penyangga. Kolom-kolom ini dapat bengkok sedikit tapi tidak bisa bengkok lebih jauh.

Karena kolom penyangga menahan pemuaian ini, maka tidak ada tempat lain bagi lantai beton untuk dapat mengembang. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan di lantai-lantai yang kemudian melengkung ke bawah, hingga akhirnya rangka dan sambungan lantai tak lagi mampu menahannya.

Lantai-lantai yang jebol ini ikut menarik penyangga ke dalam, menekuknya, dan menyebabkan lantai-lantai runtuh. Lantai yang runtuh kemudian jatuh menimpa lantai lain di bawahnya, dan seterusnya hingga terjadi keruntuhan secara bertahap.

Penjelasan yang didokumentasikan dalam laporan resmi ini diterima secara luas oleh para ahli sebagai penyebab runtuhnya Menara Kembar. Para ahli memahami bahwa Menara Selatan runtuh lebih cepat karena mengalami lebih banyak kerusakan yang disebabkan oleh tabrakan pesawat, yang merusak lebih banyak bahan tahan api.

Puing-puing reruntuhan Menara Utara membakar setidaknya 10 lantai di World Trade Center 7, atau dikenal sebagai “Gedung 7”, yang juga runtuh sekitar tujuh jam kemudian.

Meski muncul banyak teori berbeda mengenai sebab keruntuhan Gedung 7, para penyelidik sepakat menyatakan bahwa api adalah penyebab utama kehancuran ini.

Kedua laporan resmi tersebut berimbas pada keluarnya rekomendasi-rekomendasi baru untuk keselamatan terhadap kebakaran pada bangunan pencakar langit lainnya, termasuk rekomendasi peningkatan sistem evakuasi dan tanggap darurat.

Pada 2007, NIST juga menerbitkan panduan praktik yang merekomendasikan solusi pengurangan risiko keruntuhan bangunan.

Baca Juga: Teori Konspirasi Masih Menyebar hingga 20 Tahun Usai Serangan 11 September

Dampak bagi gedung pencakar langit

Sebelum 9/11, keruntuhan gedung semacam ini tidak pernah benar-benar dipahami oleh para insinyur. Bencana tersebut akhirnya menunjukkan pentingnya memiliki “pandangan menyeluruh” tentang prosedur keselamatan terhadap kebakaran pada sebuah bangunan, alih-alih berfokus pada elemen-elemen terpisah.

Sejak saat itu telah ada perubahan pada aturan bangunan dan standar untuk meningkatkan kinerja struktural bangunan bila terjadi kebakaran, serta sarana-sarana bagi orang-orang untuk menyelamatkan diri (misalnya syarat-syarat baru tentang tangga tambahan).

Pada saat yang sama, runtuhnya menara kembar menunjukkan risiko bahaya kebakaran yang sangat nyata di gedung-gedung bertingkat.

Dalam beberapa dekade sejak World Trade Center dirancang, semakin banyak bangunan-bangunan lebih tinggi dan lebih kompleks, karena masyarakat menuntut perumahan yang hemat biaya, namun berkelanjutan, di kota-kota besar.

Saat ini, 86 dari 100 bangunan tertinggi di dunia dibangun pasca 9/11. Pada masa yang sama telah terjadi peningkatan besar dalam kejadian kebakaran fasad bangunan di seluruh dunia, yaitu meningkat tujuh kali lipat selama tiga dekade terakhir.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI