Puing-puing reruntuhan Menara Utara membakar setidaknya 10 lantai di World Trade Center 7, atau dikenal sebagai “Gedung 7”, yang juga runtuh sekitar tujuh jam kemudian.
Meski muncul banyak teori berbeda mengenai sebab keruntuhan Gedung 7, para penyelidik sepakat menyatakan bahwa api adalah penyebab utama kehancuran ini.
Kedua laporan resmi tersebut berimbas pada keluarnya rekomendasi-rekomendasi baru untuk keselamatan terhadap kebakaran pada bangunan pencakar langit lainnya, termasuk rekomendasi peningkatan sistem evakuasi dan tanggap darurat.
Pada 2007, NIST juga menerbitkan panduan praktik yang merekomendasikan solusi pengurangan risiko keruntuhan bangunan.
Dampak bagi gedung pencakar langit
Sebelum 9/11, keruntuhan gedung semacam ini tidak pernah benar-benar dipahami oleh para insinyur. Bencana tersebut akhirnya menunjukkan pentingnya memiliki “pandangan menyeluruh” tentang prosedur keselamatan terhadap kebakaran pada sebuah bangunan, alih-alih berfokus pada elemen-elemen terpisah.
Sejak saat itu telah ada perubahan pada aturan bangunan dan standar untuk meningkatkan kinerja struktural bangunan bila terjadi kebakaran, serta sarana-sarana bagi orang-orang untuk menyelamatkan diri (misalnya syarat-syarat baru tentang tangga tambahan).
Pada saat yang sama, runtuhnya menara kembar menunjukkan risiko bahaya kebakaran yang sangat nyata di gedung-gedung bertingkat.
Dalam beberapa dekade sejak World Trade Center dirancang, semakin banyak bangunan-bangunan lebih tinggi dan lebih kompleks, karena masyarakat menuntut perumahan yang hemat biaya, namun berkelanjutan, di kota-kota besar.
Baca Juga: Teori Konspirasi Masih Menyebar hingga 20 Tahun Usai Serangan 11 September
Saat ini, 86 dari 100 bangunan tertinggi di dunia dibangun pasca 9/11. Pada masa yang sama telah terjadi peningkatan besar dalam kejadian kebakaran fasad bangunan di seluruh dunia, yaitu meningkat tujuh kali lipat selama tiga dekade terakhir.