Suara.com - Pakar Kaspersky menemukan ancaman terkait Squid Game yang paling umum dan canggih di dunia web, termasuk Trojan, adware, hingga penawaran mencurigakan dari penjualan kostum Halloween.
Dari periode September hingga Oktober 2021, Kaspersky menemukan beberapa lusin file berbahaya
yang berbeda di web, dan berkedok dengan nama Squid Game.
Dari sejumlah kasus yang dianalisis, dimenemukan pengunduh Trojan yang dapat menginstal program berbahaya, selain itu ditemukan juga Trojan dan adware lainnya.
Salah satu skema pelaku kejahatan siber adalah korban diduga diperlihatkan versi animasi game pertama dari serial dan secara bersamaan.
Sebuah Trojan tanpa terlihat diluncurkan sehingga dapat mencuri data dari berbagai browser pengguna dan mengirimkannya kembali ke server penyerang.
Pintasan (shortcut) juga dibuat di salah satu folder, yang dapat digunakan untuk meluncurkan Trojan setiap kali sistem dijalankan.
![Ilustrasi serangan virus Trojan. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2016/11/09/o_1b145qick1lhmfepmss6bd1c5oa.jpg)
Kaspersky juga menemukan mobile malware yang mengeksploitasi ketenaran Squid Game.
Bukanlah unduhan Squid Game yang didapatkan, pengguna justru mengunduh Trojan.
Saat aplikasi diluncurkan pada perangkat, ia meminta server kontrol untuk menyelesaikan tugasnya.
Baca Juga: Dianggap Bawa Pesan Kekerasan, Sekolah di AS Ini Larang Siswanya Pakai Kostum Squid Game
Ini misalnya bisa berupa membuka tab di browser atau mengirim SMS ke nomor yang diterima dari server kontrol.
Trojan ini didistribusikan di toko aplikasi tidak resmi dan berbagai portal dengan kedok aplikasi, game, dan buku populer, dan lain lain.
Kaspersky mengamati bahwa banyak toko palsu terkait Squid Game mulai bermunculan.
Sebagian besar dari mereka menawarkan kesempatan untuk membeli kostum seperti yang dikenakan pemain di serial tersebut dan mereka mengaku sebagai toko resmi.
Saat berbelanja di situs tersebut, pengguna berisiko kehilangan uang mereka dan tidak
mendapatkan barang yang diinginkan.
Selain itu, para pengguna juga secara tidak langsung telah membagikan informasi perbankan dan identitas pribadi seperti rincian kartu, termasuk alamat email, alamat tempat tinggal, dan nama lengkap kepada pelaku kejahatan siber demi melakukan pembelian tersebut.