Fakta mengkhawatirkan lagi, lebih banyak dari mereka yang saat ini berpacaran pernah mengalami kekerasan atau pelecehan dibandingkan dengan mereka yang sudah menjalin hubungan jangka panjang (48 persen berbanding 37 persen).
Faktanya, 34 persen responden mengatakan mereka khawatir akan kemungkinan dikuntit secara online.
Responden perempuan sedikit lebih khawatir terhadap prospek tersebut dibandingkan laki-laki (36 persen merasa khawatir dibandingkan dengan 31 persen responden laki-laki).
Gambarannya juga berbeda secara global, dengan lebih banyak dari mereka yang mengalami beberapa bentuk penguntitan online berasal dari wilayah Amerika Selatan dan Tengah serta Asia.
Sebanyak 42 persen responden di India melaporkan beberapa bentuk penguntitan online di India, begitu pula 38 persen di Meksiko dan 36 persen di Argentina.

David Emm, Peneliti Keamanan Utama di Kaspersky, mengutarakan pendapatnya.
"Menurut saya, sangat bagus jika orang-orang mengambil langkah-langkah untuk memverifikasi identitas secara online, dan ini akan mendorong orang-orang untuk berhenti sejenak dan melakukan pengecekan cepat terhadap informasi, kata sandi, atau data apa pun yang mereka bagikan, untuk menghindari agar informasi tersebut jatuh ke tangan yang salah,” bebernya.
Menjelajahi kencan online dan ruang virtual dapat menjadi sebuah tantangan dan sangat penting bagi media sosial dan aplikasi kencan untuk menerapkan proses verifikasi.
Hal ini dapat membantu memastikan bahwa profil pengguna cocok dengan foto mereka yang sebenarnya.
Baca Juga: Diancam oleh Penguntit, Tiffany SNSD Batalkan Meet and Greet di New York
"Sepengetahuan saya, Bumble adalah satu-satunya aplikasi kencan yang saat ini menggunakan tingkat verifikasi ini," kata Emma Pickering, Head of Technology-Facilitated Abuse and Economic Empowerment, Refuge.