Lebih dari separuh responden (57 persen) ingin menggunakan AI untuk menjalankan kehidupan sehari-hari mereka dengan lebih efisien.

Hampir separuh dari mereka yang disurvei (48 persen) siap menggunakan chatbot AI untuk melakukan percakapan daring.
Sebanyak 31 persen akan menggunakannya untuk membantu mereka menemukan pasangan yang tepat di aplikasi kencan.
Faktanya, 48 persen percaya bahwa hubungan manusia akan berubah karena dampak AI jika karakter virtual mulai menggantikan pasangan di dunia nyata.
“Kita menyaksikan semakin banyaknya adopsi AI sebagai alat yang berharga, membantu orang-orang di berbagai bidang," komentar Vladislav Tushkanov, Manajer Grup Pengembangan Riset di Kaspersky, dalam keteranga resminya, Jumat (16/8/2024).
Di luar aplikasi tradisional, dia menambahkan, seperti memproses dan menganalisis data, AI dipercayakan dengan peran pribadi yang lebih menarik, termasuk percintaan, pendidikan, dan pekerjaan.
Menurutnya, seiring terus berkembangnya teknologi AI, potensinya untuk mendorong inovasi dan meningkatkan pengalaman manusia menjadi semakin mendalam.
"Namun, kemajuan ini juga membawa risiko yang tidak terduga dan ancaman canggih, mulai dari ketergantungan yang berlebihan — kepercayaan berlebih pada saran AI — hingga phishing yang dihasilkan AI, deepfake, dan pencurian identitas. Inilah tantangan yang perlu kita atasi di berbagai level,” jelas Vladislav Tushkanov.
Baca Juga: Asus Vivobook S 15 OLED Resmi, Laptop AI Harga Rp 25 Juta