“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS. Hud: 37)
Setelah banjir besar terjadi, bahtera Nuh akhirnya berlabuh di atas gunung. Al-Quran menyebutkan:
“Dan difirmankan: ‘Wahai bumi, telanlah airmu! Dan wahai langit, berhentilah (dari menurunkan hujan)!’ Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan. Dan bahtera itu pun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan: ‘Binasalah orang-orang yang zalim!’” (QS. Hud: 44)
Gunung Judi, yang disebut dalam Al-Quran, sering diidentifikasi oleh sejumlah ulama dan sejarawan Muslim sebagai lokasi yang berada di dekat Gunung Ararat, yang juga disebut dalam tradisi Kristen dan Yahudi.
Hal ini memperkuat kaitan antara Formasi Durupinar dengan kisah Bahtera Nuh.
Kesimpulan
Sejak ditemukan pada tahun 1948, banyak yang berteori bahwa Formasi Durupinar adalah fosil kayu Bahtera Nuh.
Realitas dari peristiwa ini telah menjadi topik perdebatan antara ilmuwan dan cendekiawan selama berabad-abad.
Namun, penelitian terbaru mendorong lebih banyak ahli untuk percaya bahwa legenda ini mungkin benar.
Baca Juga: Bangunan-bangunan 'Aneh' di Dalam Pondok Pesantren Al Zaytun, Bahtera Nuh hingga Istana Beras
Para peneliti yang terlibat dalam proyek ini menyatakan, “Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa kisah ini mungkin memiliki dasar dalam kenyataan.”
Dari perspektif Islam, temuan ini selaras dengan kisah Nabi Nuh yang diabadikan dalam Al-Quran, memperkuat keyakinan umat Muslim akan kebenaran kisah tersebut sebagai bagian dari wahyu Ilahi.
Dengan demikian, penemuan ini tidak hanya menarik bagi kalangan ilmuwan tetapi juga memberikan dimensi spiritual dan religius yang mendalam bagi umat beragama, khususnya Islam, Kristen, dan Yahudi.