Sadarestuwati pun memperingatkan Telkomsel jika ini dibiarkan, penggunanya bakal beralih ke operator lain. Namun ia juga menyadari kalau operator lain juga belum mampu menjangkau ke banyak daerah, khususnya wilayah terpencil.
"Jangan sampai kemudian rakyat yang sudah menggunakan Telkomsel kemudian, mereka kalau toh lari mereka harus lari ke mana? Starlink tidak bisa mencapai pada tingkatan daerah yang pelosok-pelosok seperti desa saya," keluh dia.
Sadarestuwati juga curhat kalau saat dirinya hendak melakukan panggilan telepon, ia mesti keluar rumah lebih dulu untuk mendapatkan jaringan. Padahal di rumahnya sudah memiliki Wifi.
"Saya sendiri kalau mau telepon, padahal saya sudah pakai jaringan Wifi. Tapi kalau mau telepon, kalau tidak di atas, saya harus lari keluar rumah dulu," umbar dia.
Ia pun mendesak Telkomsel untuk menjabarkan data soal kuota hangus tersebut. Dirinya menduga kalau itu seharusnya masuk sebagai laba perusahaan.
"Jadi, ini yang menjadi persoalan. Maka dari itu tentunya sisa kuota yang ditinggalkan oleh para pengguna ini kan tidak sedikit. Ibu boleh dong kami nanti diberikan hitung-hitungannya?" desak dia.
"Terus ke mana sisa kuota ini? Kalau menurut saya, menurut saya ini sisa kuota ini harusnya masuk di dalam laba dari Telkom harusnya," lanjutnya lagi.
Sadarestuwati kembali mencontohkan pengalamannya kalau selama ini dirinya juga pengguna kartu Halo, produk yang dimiliki Telkomsel. Namun dia mengakui kalau kuota internet yang sudah dibeli tak terpakai lebih dari 50 persen.
"Contoh saya menggunakan kartu Halo, tapi saya hampir tidak pernah sama sekali menggunakan untuk apa namanya, secara aktif menggunakan nomor kartu Halo saya. Tetapi saya tiap bulan kan mesti membayar kuota saya, boleh dibilang tidak terpakai lebih dari 50 persen," paparnya.
Baca Juga: Erick Thohir Sebut Sinergi PSSI dan PT LIB Bukan Hanya Formalitas, Mengapa?
"Nah, inilah yang saya katakan, lari ke mana sisa kuota ini? Begitu juga menggunakan yang prabayar seperti ini. Ini juga ke mana larinya?" desak Sadarestuwati.