Suara.com - Belakangan, istilah Chromebook kembali menjadi sorotan publik di Indonesia. Hal ini terkait dengan kasus dugaan korupsi pengadaan laptop senilai Rp9,9 triliun oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di era Nadiem Makarim.
Proyek tersebut ditujukan untuk menyuplai laptop ke berbagai sekolah di Indonesia, dengan pilihan utama menggunakan sistem operasi Chrome OS.
Pilihan Chromebook dinilai kontroversial karena perangkat ini sangat bergantung pada internet, sementara banyak sekolah yang menjadi sasaran justru berada di wilayah dengan akses internet terbatas.
Lantas, apa itu Chromebook sebenarnya? Apa kelebihan dan kekurangannya? Dan mengapa laptop jenis ini dipermasalahkan dalam proyek pendidikan senilai triliunan rupiah tersebut?
![Acer Chromebook Plus Enterprise Spin 514. [Acer Indonesia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/06/10/53125-acer-chromebook-plus-enterprise-spin-514.jpg)
Apa Itu Chromebook?
Chromebook adalah jenis laptop atau tablet yang menjalankan sistem operasi Chrome OS, buatan Google. Chromebook dirancang untuk bekerja secara maksimal dalam ekosistem berbasis cloud. Artinya, mayoritas aplikasi dan data pengguna tersimpan di internet, bukan di perangkat itu sendiri.
Tidak seperti laptop Windows atau MacBook yang bisa menjalankan banyak software secara lokal, Chromebook lebih optimal untuk penggunaan berbasis browser.
Antarmuka Chromebook pun menyerupai sistem Android, lengkap dengan App Drawer, ikon aplikasi, serta akses ke Google Play Store dan bahkan aplikasi Linux.
Spesifikasi Umum Chromebook
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Kejagung Belum Tetapkan Nadiem Makarim sebagai Tersangka Kasus Korupsi Laptop
Chromebook biasanya hadir dengan spesifikasi sederhana agar harganya terjangkau. Spesifikasi umum yang biasa ditemukan di Chromebook antara lain:
- Prosesor: Intel Celeron, MediaTek, atau ARM
- RAM: 4 GB (beberapa model memiliki 8 GB)
- Storage: eMMC 32–64 GB
- Layar: 11–14 inci
- Baterai: Tahan 8–10 jam
- Sistem Operasi: Chrome OS
- Konektivitas: Wi-Fi, Bluetooth, USB-A, USB-C, jack audio
- Keamanan: Chip keamanan Google H1 + auto update selama 10 tahun
Meskipun spesifikasinya tidak tinggi, performa Chromebook tetap lancar karena sistem operasinya ringan dan tidak membutuhkan banyak sumber daya.
Sementara itu, spesifikasi laptop Chromebook yang diadakan Kemendikbudristek pernah dicantumkan dalam Lampiran X di Permendikbud No. 5/2021 sebagai berikut.
Prosesor: 2 core, frekuensi > 1,1GHz Cache 1MB
RAM: 4GB DDR4
Layar: 11 inch
Grafis: High Definition (HD) integrated
Storage: 32GB
USB: USB 3.0
Networking: WLAN adapter (IEEE 802.11 ac/b/g/n)
Audio Integrated
Daya: Maksimal 50W
Sistem operasi: Chrome OS
Device management: Ready to activated Chrome Education upgrade
Garansi: 1 tahun
Kelebihan Chromebook
Harga lebih murah dibanding laptop Windows atau Mac.
Keamanan lebih baik, dilengkapi chip keamanan H1 dan “verified boot”.
Update otomatis dari Google hingga 10 tahun.
Daya tahan baterai lebih lama.
Mendukung aplikasi Android dan Linux.
Cepat menyala dan ringan digunakan.
Keterbatasan Chromebook
Namun, Chromebook juga memiliki beberapa kekurangan yang penting diketahui:
Sangat bergantung pada koneksi internet.
Kapasitas penyimpanan lokal sangat kecil.
Tidak cocok untuk software berat seperti Photoshop, AutoCAD, atau game.
Kompatibilitas dengan printer atau perangkat keras eksternal kadang terbatas
Harga Chromebook di Pasaran Indonesia
Berikut kisaran harga Chromebook yang beredar di Indonesia:
- Acer Chromebook 311 – Rp3.199.000
- Asus Chromebook C204MA – Rp3.899.000
- Lenovo Chromebook 3 – Rp4.299.000
- HP Chromebook x360 14 – Rp5.799.000
Harga tersebut memang lebih murah dibandingkan laptop Windows sekelasnya, namun tetap harus mempertimbangkan fungsionalitas dan dukungan infrastruktur di lokasi pengguna.
Kasus Pengadaan Chromebook Rp9,9 Triliun dan Pemeriksaan Nadiem

Kasus ini bermula dari proyek pengadaan peralatan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk SD, SMP, dan SMA oleh Kemendikbudristek era Nadiem Makarim. Total anggaran mencapai Rp9,9 triliun, dan salah satu komponen utamanya adalah pengadaan laptop Chromebook untuk pelajar.
Namun, proyek ini menimbulkan pertanyaan besar karena banyak sekolah sasaran berada di daerah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar) yang masih minim akses internet. Karena Chromebook sangat mengandalkan koneksi internet untuk berfungsi optimal, keputusan ini dinilai tidak sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.
Akibatnya, Kejaksaan Agung menetapkan empat tersangka, termasuk pejabat di Direktorat SD dan SMP, serta dua mantan staf khusus Mendikbudristek. Nadiem sendiri sudah diperiksa dua kali oleh penyidik dan dalam pemeriksaan terakhirnya hadir bersama pengacara kondang Hotman Paris Hutapea.
Nadiem membela diri dengan menyatakan bahwa Chromebook dipilih karena lebih murah 10–30 persen dan keamanannya lebih baik dibanding laptop konvensional.