Suara.com - Fenomena Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohalus (Rombongan Hanya Elus), tengah menjadi viral di media social dan hal itu ternyata juga mencuri perhatian buat para peretail.
Salah satunya Digiplus, unit bisnis teknologi dari PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP), yang ternyata melihat fenomena Rojali dan Rohalus sebagai potensi.
"Bukan masalah, malah opportunity buat kita. Nggak apa-apa jrang beli nanti kita paksa untuk beli," ucap Head of Operations Digiplus, Erwin Renehan saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (1/8/2025).
Menurutnya, kedua fenomena yang tengah viral di media sosial itu benar-benar menjadi sebagai potensi bagi pihaknya.
"Buat rojali yang jarang beli, bagaimana kita menyediakan affordability program ke mereka," kata dia.
Menurut Erwin, berbagai program dihadirkan Digiplus untuk memberi kemudahan para customer dalam membeli barang-barang yang dihadirkan.
![Kolaborasi Digiplus dan Infinix di Jakarta, Kamis (31/7/2025). [Suara.com/Dythia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/31/84567-digiplus-x-infinix.jpg)
"Ada cashback dengan berbagai bank dan ada juga program Beli Sekarang Bayar Nanti (BNPL). itu part of our effort untuk affordability buat si Rojali," bebernya.
Tidak hanya itu, Digiplus juga ternyata sudah menyiapkan "senjata" untuk fenomena Rohalus.
"Rohalus itu pengen (sebetulnya), ada budget tapi how to si our staff bisa meyakinkan lagi," ujarnya.
Baca Juga: Punya Nama Kuat, Infinix Masuk Digiplus
Erwin melihat, untuk fenomena yang satu ini akan berhadapan dengan kemampuan dari para staff penjual di semua retailnya.
"Dengan kemampuan selling skill, dia pasti harus bisa dari konversi menjadi beli. Itu bagian kerjaan tim operation retail yang kita lagi push naikin dan terus dipertahankan," ungkapnya.
Sebelumnya, Rojali dan Rohalus baru sebagian dari fenomena sosial yang sebenarnya meresahkan karena berkaitan dengan lemahnya kondisi ekonomi masyarakat saat ini.
Hal itu sempat disampaikan oleh Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono.
Menurutnya, daya beli masyarakat yang menurun mengindikasikan adanya tekanan ekonomi, terutama di kalangan kelas rentan.
Bahkan, fenomena "Rojali" ini tidak hanya berlaku bagi kalangan kelas menengah ke bawah, tetapi juga pada menengah ke atas.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2025, masyarakat kelas atas cenderung menahan tingkat konsumsi mereka. Padahal, kelompok ini umumnya dikenal memiliki daya beli tinggi.
Dari fenomena tersebut membuat BPS mendorong pemerintah untuk memperhatikan ketahanan konsumsi dan stabilitas ekonomi rumah tangga pada kelas menengah ke bawah.