Jadi Hari Ibu diputuskan pada tahun 1938 yang mengambil dari hari bersejarah Kongres Perempuan Indonesia I tahun 1928, dan dipilih sebagai tanggal Hari Ibu. Presiden Soekarno lalu menetapkan Hari Ibu sebagai hari besar nasional, yang sama nilainya dengan Hari Sumpah Pemuda, Hari Pendidikan Nasional dsb.
Bila di negeri Belanda Hari Ibu disebut sebagai "Moederdag", sebenarnya lain dengan makna Hari Ibu di Indonesia. Di Belanda, Hari Ibu tidak ada latar perjuangan, sementara di Indonesia ada latar belakang perjuangan perempuan untuk mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki-laki."
Bagaimana kondisi kaum perempuan maupun kaum ibu pada era kekinian? Apakah yang disebut emansipasi itu sudah terjadi?
Nah ini, soal emansipasi itu, sebenarnya maknanya adalah setiap orang yang ingin mengalami perubahan dan kemajuan, termasuk mau merdeka, itu salah satu bentuk emansipasi. Ya, nggak ada penjajahan lagi, ya, itu emansipasi. Ya, tentu saja pada waktu itu, setiap orang yang ingin kemerdekaan adalah emansipasi, termasuk perempuan.
Masalah perempuan dalam bidang ekonomi kekinian?
Dalam bidang ekonomi, perempuan sekarang lebih banyak jalan, ya. Terutama karena untuk mencari nafkah itu tidak harus menjadi pegawai. Banyak perempuan punya banyak kesempatan di bidang ekonomi yang sifatnya bisa mandiri, bisa dilakukan di rumah, bisa dilakukan melalui online. Jadi terutama konteksnya sekarang sudah zaman internet, banyak tempat untuk berjualan melalui online. Intinya adalah bahwa setiap orang itu punya kemampuan untuk mencari pendapatan, tidak tergantung pada orang lain.
Apakah pemerataan kesempatan kerja belum tentu menuntaskan persoalan perempuan dalam bidang ekonomi? Artinya, masih ada diskriminasi di pabrik-pabrik dan lainnya?
Kesempatan kerja memang luas sekarang tempatnya bagi perempuan, tetapi masih banyak mengalami diskriminasi dalam hal apresiasi, dalam hal penghargaan. Karena perempuan dianggapnya tenaga kerja tidak produktif, karena suatu saat dia akan hamil atau melahirkan, atau cuti atau menikah, sehingga masih dihargai tidak layaklah secara gaji.
Kurangnya apresiasi lain seperti meragukan "emangnya perempuan bisa menjadi pilot, kenapa nggak menjadi pramugari saja?" misalnya.
Baca Juga: Ucok Homicide: Penggusuran Tamansari, Ladang Ilmu Warga Melawan Oligarki
Persoalan perempuan pada aspek politik kekinian?
Dalam dunia politik kekinian, perempuan punya kesempatan. Tetapi karena perempuan itu lebih kompleks, sementara dunia politik itu kan membutuhkan pertarungan yang luar biasa berat. Dengan situasi perempuan yang mengasuh anak, melayani suami, segala macam, itu agak terhambat untuk terjun di dunia politik. Dan sering kali disalahkan, perempuan yang lebih banyak di arena politik daripada di arena rumah tangga, dikaitkan (dengan) "tidak menjadi ibu yang baik"-lah, segala macam. Sehingga kesempatan itu sering dilewatkan. Kecuali Ibu Susi (mantan Menteri KKP), dia perempuan yang tidak banyak beban.
Setelah banyak kaum perempuan terlibat dalam politik, hal itu sudah menunjukkan adanya kesetaraan? Atau justru kaum perempuan tak memiliki posisi penting sebenarnya dalam politik Indonesia?
Secara kesempatan sudah memungkinkan perempuan posisinya bisa setara dengan laki-laki. Tetapi dalam hubungan sosial, keluarga dan lingkungan masih menganggap perempuan yang aktif begitu dinilai tidak bertanggung jawab bagi keluarga. Apalagi dalam dunia politik, jadi anggota DPR rapatnya sering sampai malam. Makanya harus didukung, baik secara keluarga, sosial, maupun lingkungan. Tanpa dukungan, mereka akan sulit untuk bisa bereksplorasi, mengembangkan dirinya.
Masalah perempuan dalam bidang sosial budaya kekinian? Apakah budaya patriarki masih lekat baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan seperti Jakarta? Bisa kasih contoh?
Masih sangat patriarki sih, ya, meskipun kesempatannya sudah banyak terbuka untuk perempuan bisa memilih. Tetapi faktanya, saya kasih contoh, masih banyak kekerasan seksual di dalam rumahnya, di kantor dan ruang kerja. Mereka belum bisa bebas untuk dirinya sendiri. Sebenarnya belum merdeka secara utuh, karena patriarki tadi.