Suara.com - Telkomsel tidak hanya ingin menjadi jago kandang di Indonesia, tetapi berambisi menjadi salah satu penyedia solusi berbasis teknologi besar di regional Asia Tenggara.
Visi besar ini disampaikan VP Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel, Saki Hamsat Bramono dalam wawancara khusus dengan Suara.com baru-baru ini di Jakarta.
Saki, yang ditemui di Telkomsel Smart Office, bilangan Gatot Subroto, Jakarta, pada Maret kemarin membeberkan berbagai inovasi, termasuk di antaranya terkait pengembangan di bidang Ekosistem Digital yang sangat lengkap.
Berikut adalah wawancara Saki Hamsat Bramono dengan Ria Rizky Nirmala Sari dari Suara.com:
Halo Mas Saki apa kabarnya?
Baik, Mbak Ria.
Mas Saki, ekosistem digital ini kan dikembangkan Telkomsel begitu lengkap, dari B To B nya hingga ke B To C. Kalo boleh dijelaskan pertama buat masyarakat yang enggak tahu, ekosistem digital Telkomsel tuh seperti apa sih?
Oke, mungkin sebelum masuk ke ekosistem digital, jadi yang pertama Telkomsel kita punya visi, bahwa kita ingin menjadi penyedia layanan digital telekomunikasi terdepan di regional. Untuk menciptakan hari ini yang lebih baik dan masa depan yang lebih cemerlang, dengan memberdayakan masyarakat Indonesia.
Jadi, itu adalah satu vision statement dari Telkomsel yang turun menjadi misi kita untuk bagaimana bisa menghadirkan konektivitas, layanan, solusi terhadap semua pelanggan, setiap rumah. Karena sekarang kita sudah ada bisnis Indihome masuk ke kita. Dengan semua kita men-deliver dengan kualitas yang terbaik.
Baca Juga: Telkomsel - Gojek Ekspansi di Singapura Hadirkan Paket RoaMAX dan Kupon Diskon GoCar
Nah, terkait dengan kita bicara visi sebagai digital telco terdepan di region, kita mempunyai ekosistem digital yang paling lengkap.
Jadi kita mempunyai anak perusahaan yang mereka khusus untuk mempunyai tanggung jawab dan bergerak sebagai holding digital platform, namanya itu adalah Indico.
Indico itu nama perusahaannya itu Telkomsel Ekosistem Digital. Nah, nama PT-nya saja sudah sama. Bahwa kita mempunyai satu perusahaan yang memang mereka secara playing field-nya itu membangun ekosistem digital. Nama brand-nya itu adalah Indico.
Nah, Indico ini holding yang mempunyai beberapa vertikal atau anak perusahaan. Jadi ada edutech ya itu kita pakai produk Kuncie, ada healthtech kita ada Fita, lalu kita juga ada digital food ecosystem, ada games Majamojo di bawah Indico yang mereka ekosistem digital itu dibentuk dan juga bagaimana bisa menghasilkan nilai tambah bagi Indico dan juga bagi Telkomsel-nya.
Lalu kedua kita, mempunyai anak perusahaan yang kedua yaitu Telkomsel Corporate Ventures. Sebenarnya itu lebih ke corporate ventures capital. Namanya PT Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). Nah, nama brandnya itu adalah Telkomsel Ventures. Ini adalah corporate ventures capital. Dia melakukan investasi di start up.
Ya di start up-start up yang sekarang ini banyaklah portfolionya, termasuk Halodoc, Evermos, Sekolahmu, itu adalah bagian dari portfolio yang di-invest oleh Telkomsel Ventures.
Nah ini menjadi juga satu tambahan bagian tambahan dari melengkapi ekosistem digital yang sudah kita punya melalui Indico dan juga beberapa perusahaan yang kita invest.
Nah hal ini semua yang akan menjadi suatu sinergi value gitu ya, dengan semua ekosistem digital kita yang lengkap bagaimana semua part itu bisa memberikan dampak kepada Telkomsel dan juga at the end kepada pelanggan.
Bagaimana mereka bisa tap in dengan ekosistem Telkomsel karena kita punya MyTelkomsel. MyTelkomsel salah satu kita bicaranya mungkin super apps. Jadi di situ lengkap, selain untuk membeli paket data pulsa tapi di super apps itu sudah bisa melakukan transaksi yang lain.
Termasuk kita memanfaatkan fitur-fitur yang ada di anak-anak perusahaan, bahkan perusahaan yang kita invest tadi itu masuk ke dalam ekosistem dalam MyTelkomsel.
Dan sekarang MyTelkomsel ini sudah lebih saya rasa lebih dari 50 juta user ya secara monthly active user-nya. Nah ini yang terus kita tingkatkan di mana My Telkomsel yang sekarang ini juga kita sudah memakai AI, untuk search engine-nya dan juga fitur-fitur AI lainnya.
Lalu kami juga mempunyai ada yang namanya Max Stream sebagai video platform itu juga bagian dari bagaimana Telkomsel membangun ekosistem digital yang sangat lengkap.
Masih banyak lainnya sebenarnya yang kita bangun untuk melengkapi semua, menjadi satu kesatuan terkait dengan ekosistem digitalnya Telkomsel.
Tadikan sudah disebut ada Max Stream kemudian ada Langit Musik. Nah itu tentu ada platform pesaing di luar. Bagaimana cara Telkomsel bersaing dengan platform lainnya?
Contohnya Max Stream. Kita juga punya namanya Max Stream Studios. Jadi ada Max Stream as video platform untuk mereka bisa menonton video streaming tapi ada juga Max Stream Studios tempat mem-produce film-film sendiri.
Nah ini kita mengajak kerja sama talent-talent lokal, production house lokal, membangun film Indonesia dan kita ikut berkontribusi dengan bagaimana agar industri film Indonesia bisa semakin maju.
Ini juga menjadi satu bagian strategi kita, bahwa harus ada diferensiasinya. Kalau enggak salah mungkin sudah lebih dari 10 juta monthly active user yang sudah memakai Max Stream.
Dalam mengembangkan ekosistem digital, apakah ikut menggunakan atau memanfaatkan AI?
Kalau kita bicara AI, di teman-teman di network, di business process, ada namanya autonomous network. Jadi jaringan Telkomsel ini sudah diatur oleh AI. Bagaimana AI ini bisa menkonfigurasi semua BTS kita di seluruh Indonesia. Kapan mereka harus powernya besar, kapan mereka harus powernya kecil, kapan mereka bisa melakukan requisitioning arah, sektornya dan lain-lain.
Itu semua sudah diatur AI sehingga semuanya menjadi efektif dan efisien secara cost. Dan juga untuk planning ke depannya, di mana kita bisa membangun BTS yang lebih tepat dengan cost yang lebih murah, dengan daerah yang bisa menghasilkan lebih banyak dari sisi pendapatan dan lain-lain.
Jadi AI ini sudah kita gunakan dari dua-tiga tahun lalu. Kita menjadi perintis di dunia autonomous network, yang pertama yang menggunakan AI bersama dengan delapan operator lain di dunia.
Yang kedua AI yang kita gunakan itu adalah untuk ke customer directly. Di MyTelkomsel ada untuk chatbot dan juga search engine. Chatbot-nya ini menggunakan AI. Bagaimana pelanggan bisa langsung menanyakan bila ada masalah, kita bisa langsung memberikan solusi melalui AI.
Oke baik tadi mas Saki sempat menyinggung Indonesia. Sekarang Ria mau mengajak mas Saki ke Papua, masih berkaitan dengan ekosistem digital di mana Telkomsel juga memanfaatkan ekosistem digitalnya untuk berkolaborasi dengan perusahaan perkebunan di Papua. Pertanyaan pertama kenapa sampai sejauh itu loh sampai ke Papua?
Iya jadi kita ada kolaborasi B to B dengan dua perusahaan. Perusahan pertama adalah PT Putera Manunggal Perkasa (PMP) dan PT Permata Putera Mandiri (PPM), anak perusahaan dari PT Austindo Nusantara.
Kenapa harus sampai Papua? Di mana pun seluruh Indonesia kita harus bisa menjangkau semua pelanggan. Kita sudah menjangkau 97 persen populasi di Indonesia.
Nah kalau untuk pelanggan corporate atau kita sebutnya enterprise atau B to B, contohnya tadi yang saya sebutkan di Papua ini. Kita membangun jaringan yang namanya private LTE jadi jaringan khusus private 4G itu di daerah perkebunan atau tambangnya perusahaan perusahaan yang bekerja sama dengan kita sehingga mereka mendapatkan jaringan yang eksklusif dan private hanya untuk aktivitas produksi aktivitas operasional perusahaan tersebut.
Tahun lalu kita bahkan launching salah satu yang pertama di dunia adalah smart mining underground menggunakan 5G dengan Freeport. Itu juga kita launch kita satu setengah tahun lalu dengan Freeport. Jadi kita menggunakan private 5G, bukan private 4G lagi.
Kita deploy jaringan 5G sehingga karena low latency-kan, sehingga mereka di underground-nya itu kita sebut smart mining. Mereka bisa melakukan aktivitas tanpa ada perlu manusia, itu semua di-remote dari atas karena mereka sampai bawah.
Nah, itulah teknologi yang kita bisa berikan, solusi yang komprehensif, kepada perusahaan-perusahaan dari semua sektor atau semua industri.
Tapi perkembangannya untuk saat ini yang di Papua itu seperti apa mas Saki mungkin boleh dijelaskan kolaborasinya di sana?
Iya masih berlanjut ya kerja samanya dan dengan Telkomsel. Mereka masih menggunakan layanan connectivity dan lain-lainnya. Jadi masih berlanjut dan masih berjalan dengan baik sampai saat ini.
Oke baik Mas Saki kita balik lagi ngomongin soal ekosistem digital tentunya kan harus ada talenta digital. Bagaimana kondisinya di Indonesia saat ini?
Kalo bicara digital talent mungkin saya lihat dari scoop-nya Telkomsel dulu. Jadi kita punya program tech talent development. Kita sebutnya IndonesiaNext. Ini program bagaimana kita membangun, talenta-talenta teknologi.
Kita aiming di anak-anak kuliah, jadi kita masuk ke kampus-kampus dengan kurikulum berbasis AI. Untuk IndonesiaNext sudah Season 9. Ini salah satu bukti bahwa Telkomsel turut membangun talenta digital di Indonesia.
Yang kedua kita melalui platform Kuncie, kita membuat sertifikasi AI untuk level basic. Itu untuk semua masyarakat kalau mereka mau belajar AI mereka bisa menggunakan Kuncie, sebentar lagi kita akan launch.
Wah udah dibocorin duluan ini?
Enggak apa-apa. Nantinya mereka bisa menggunakan AI, modulnya mereka bisa lihat di situ. Setelah itu, sekitar satu jam atau dua jam, mereka akan dapat sertifikasi - setelah mereka melihat video, lalu ada post test, ada pre test.
Nah ini yang merupakan tujuan kita juga untuk bisa bekerja sama dengan pemerintah membangun talenta-talenta digital menuju Indonesia emas 2045.
Mas mau dong di-spill lebih detail yang Kuncie tadi? Apakah free?
Free. Tapi teman-teman harus pakai nomor Telkomsel. Nanti tinggal di-download di Playstore atau di Appstore ada aplikasi Kuncie. Di situ banyak pembelajaran-pembelajaran yang free - ada juga yang berbayar. Nanti AI akan kita taruh di situ. Kita kerja sama dengan salah satu tech company di luar untuk membuat modulnya, dari basic AI berlanjut ke level intermediate dan juga advance.
Ini kan untuk umum, sementara IndonesiaNext mahasiswa, kenapa harus mahasiswa? Sekarang anak SMA juga sudah canggih.
Jadi kita juga program yang untuk anak sekolah itu namanya InternetBaik, yang membangun literasi digital kepada anak sekolah di SMA dan juga orang tua murid dan juga gurunya.
Kalau anak-anak SMA ini kita enggak bisa dong kita ngomongin AI yang terlalu advance bahasanya karena mereka belum kuliah. Kita akan mengajarkan bahwa AI ini ada yang namanya deep fake, AI ini bisa digunakan untuk menyerang orang lain atau membuat hoax dan lain lain. Itu literasi digital yang kita bangun.
Orang tuanya juga harus tahu, guru-gurunya tidak boleh ketinggalan.
IndonesiaNext itu kurikulum sifatnya. Mulai search engine market, dari mulai digital marketing, dari mulai AI dari mulai UI/UX mereka belajar machine learning dan lain lain.
Nah sertifikasi ini yang kita kasih ke mereka jadi bekal mereka nanti untuk one day mereka lulus mereka punya sertifikasi selain ijazah mereka.
Terakhir, apa harapan ke depan terkait dengan pengembangan ekosistem digital Telkomsel?
Kami berharap bahwa membangun digital talent dan juga ekosistem digital industri itu tidak bisa hanya kami sendiri kami memerlukan kerja sama dengan semua pihak, semua stakeholder, dengan pemerintah, dengan masyarakat dan lain lain.
Untuk kita membangun talent-talent, membangun infrastruktur bersama, dan juga memahami secara komprehensif ekosistem digital di Indonesia. Karena digital ecosistem itu selalu berubah dan sangat cepat. Teknologi itu berubah lebih cepat dari regulasi jadi kita juga harus siap lebih cepat beradaptasi.