Iya. Jadi kita tidak membeda-bedakan, kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, kerja sama yang baik untuk membantu warga negara kita. Kita berikan apresiasi.
Bagaimana perkembangan isu perlindungan WNI selama 2022?
Jadi kita lihat tadi, highlight kasus-kasus yang muncul selama 2022, kita lihat bahwa kita ikuti bersama, pada bulan Februari lalu, pecah perang [di] Ukraina. Dan kita melakukan evakuasi terhadap 133 warga negara kita dari zona perang tersebut. Alhamdulillah, semuanya selamat.
Kemudian kita juga melakukan penanganan kasus-kasus yang saat ini masih muncul, yaitu penipuan lowongan kerja dengan modus online scam. Di beberapa negara di Asia Tenggara, di antaranya Kamboja, Myanmar, [juga] Laos. Dan kasus tenaga kerja lain yang masih muncul seperti eksploitasi, penyiksaan pekerja migran, gaji tidak dibayar, dan juga ada beberapa keberangkatan pekerja migran tidak sesuai prosedur, ilegal, dan kemudian mengalami kecelakaan di tengah laut. Pada awal 2022 terjadi di Selat Malaka, kemudian menimbulkan korban. Itu beberapa highlight.
Ada cerita menarik mungkin dari Pak Judha dalam memberikan perlindungan WNI ini?
Ya, tentunya banyak sekali behind the scene story-nya yang memberikan tantangan bagi kita. Contohnya, Ukraina kita evakuasi. Pada saat itu, di kloter pertama kita sudah bisa memulangkan sekitar 83 warga negara kita, [kita] pulangkan dengan pesawat khusus ke Indonesia. Sebagian lain sudah kita keluarkan dari Ukraina menuju ke Polandia. Namun pada saat itu, masih ada 9 warga negara kita yang terjebak di Chernihiv, itu perbatasan antara Ukraina dan Belarusia. Chernihiv itu menjadi zona pertempuran, sehingga mereka terjebak di tengah-tengah pertempuran, dan itu diperlukan kesabaran, kehati-hatian dan kerja sama dari semua pihak untuk bisa mengeluarkan mereka dari zona perang tersebut.
![Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha. [Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/02/25/78493-direktur-perlindungan-wni-kemenlu-judha-nugraha.jpg)
Apa saja tantangan dalam upaya memulangkan WNI di daerah konflik?
Tentunya masalah keselamatan jiwa, karena kita betul-betul berada di zona perang. Jadi kalkulasi itu betul-betul harus tepat, sehingga kita bisa menyelamatkan warga negara kita dan tim penyelamat pun tetap aman.
Menurut Pak Judha, kapan yang paling berkesan saat memberikan perlindungan WNI?
Baca Juga: Dosen UII Ahmad Munasir Ditemukan di Amerika, Kemenlu: Keadaannya Selamat dan Sehat
Ya, tentunya di Ukraina. [Kalau] Yang sebelumnya di Kabul (Afghanistan). Waktu itu kita termasuk negara yang mengevakuasi warga negara kita, ketika Kabul jatuh ke tangan Taliban.
Saat ini apakah masih ada upaya untuk memulangkan WNI di daerah konflik?
Tentunya repatriasi ya, kalau tadi kan evakuasi, ketika dalam konteks konflik bersenjata. Walaupun di awal pandemi ketika Covid, sesuai dengan amanah yang memang negara wajib untuk menyelamatkan dan memindahkan [WNI] ke tempat yang aman.
Namun untuk kasus yang lain, kita juga melakukan repatriasi untuk warga negara. Contohnya yang terjadi Kamboja, banyak warga negara kita yang terjebak di sana, dieksploitasi, [mengalami] scam, yang bermoduskan menipu. Nah, itu pun kita lakukan lakukan langkah-langkah bekerja sama dengan pemerintah setempat, supaya mereka kita amankan, dan kita repatriasi ke Indonesia.
Harapan untuk apresiasi ini, apakah dengan penghargaan (misalnya) ini bisa memicu pihak-pihak baru untuk melindungi WNI di luar negeri?
Kami berharap dengan acara pemberian Hassan Wirajuda Award ini, bukan hanya sekadar memberikan apresiasi kepada insan-insan perlindungan, namun yang paling utama adalah bagaimana perlindungan yang sudah ditunjukkan oleh para penerima apresiasi dapat menginspirasi para pelaku perlindungan. Ini yang justru jadi titik berat dari kegiatan ini, yaitu bagaimana meningkatkan kerja sama dan kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan. Karena kami yakin, isu perlindungan dan tantangan perlindungan semakin hari semakin kompleks.