Suara.com - Setelah sempat menguat 7,1 persen pada triwulan pertama, nilai tukar rupiah anjlok 4 persen terhadap dolar Amerika. Rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk dibandingkan 31 mata uang lainnya.
Sejumlah analis memprediksi rupiah akan terus melemah hingga akhir tahun dan berada di level Rp12.500 per dolar Amerika. Rupiah terus melemah usai pelaksanaan pemilu legislatif, April lalu. Neraca perdagangan yang masih defisit juga memperburuk kinerja rupiah.
“Pemilihan Presiden sepertinya akan berjalan dengan ketat dibandingkan pemilu legislatif. Defisit neraca perdagangan juga masih menjadi masalah. Jokowi memang dianggap sebagai pengusaha yang reformis tetapi ada kemungkinan dia bisa kalah,” kata Khoon Goh, analis dari Australia & New Zealand Banking Group Ltd.
Goh menprediksi, nilai tukar rupiah akan tembus di posisi Rp12 ribu per dolar Amerika. Sementara itu, HSBC Holdings Plc memprediksi rupiah akan berada di level Rp12.250 pada akhir tahun sedangkan ABN Amro sudah lebih dulu membuat prediksi pada bulan lalu yang menyebut rupiah di level Rp12.500 pada akhir tahun.
Morgan Stanley, yang menyebut rupiah masuk dalam daftar “Fragile Five” memprediksi rupiah berada di posisi Rp12.200. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 63 poin menjadi Rp11.774 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.837 per dolar Amerika. (Bloomberg)