Over Supply, Pasar Properti Berpotensi Alami Kejenuhan

Doddy Rosadi Suara.Com
Jum'at, 03 Oktober 2014 | 11:17 WIB
Over Supply, Pasar Properti Berpotensi Alami Kejenuhan
Ilustrasi: Pengunjung mengamati maket properti yang dipamerkan pengembang anggota Real Estate Indonesia (REI). (Antara/Joko Sulistyo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - LSM Perumahan Indonesia Property Watch (IPW) mengindikasikan adanya kejenuhan dalam sektor properti. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Traghanda mengatakan, ada sejumlah lokasi yang perlu diwaspadai berpotensi mengalami kejenuhan akibat over supply.

“Pengamatan terhadap siklus pasar properti menjadi dasar analisis yang telah dibuktikan dengan market warning pada tahun 2010 mengenai perlambatan pasar properti di tahun 2014 yang nyata telah terjadi saat ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (3/10/2014).

Meskipun demikian, Ali mengatakan, tidak semua lokasi mengalami perlambatan karena beberapa sektor di beberapa lokasi justru menunjukkan peningkatan menyusul perkembangan pasar properti di Jabodetabek yang relatif sudah jenuh. Yang terjadi, kata dia, pergeseran dari sebuah sektor ke sektor lain dikarenakan kondisi pasar yang telah jenuh.

Menurut dia, segmen hunian landed mengalami pergeseran dari segmen atas ke segmen menengah (Rp500 juta – Rp1 miliar) sedangkan di sektor apartemen juga terjadi pergeseran ke segmen menengah (Rp300 – Rp500 juta).

Di sisi lain, ujarnya, fenomena latah masih mewarnai pembangunan di Indonesia. Seperti terlihat maraknya pengembangan apartemen menengah yang sangat banyak memasuki wilayah Serpong dan Bekasi. Pengembang mengklaim mempunyai pasar yang potensial, namun perlu kehati-hatian ketika pasokan semakin banyak sedangkan pasar tidak bertumbuh seperti yang diharapkan.

“Fenomena apartemen pun telah muncul di Serpong dikarenakan harga tanah yang sudah semakin tinggi di wilayah ini mengakibatkan pengembang lebih memilih pengembangan hunian vertikal untuk memberikan tingkat optimalisasi lahan yang lebih baik. Pasokan untuk rumah mewah pun semakin terbatas karena harga sudah mencapai titik jenuh untuk dibangun rumah mewah,” jelasnya.

Kelatahan di sektor perhotelan khususnya di Bali pun telah memasuki pasar jenuh dengan banyaknya investor yang berlomba-lomba membangun hotel disana. Aktivitas ini membuat harga tanah ikut terkerek naik dan semakin tinggi. Namun hal itu tidak menyurutkan investor untuk membangun hotel meskipun secara investasi dipertanyakan tingkat kelayakannya dengan harga tanah yang sudah membumbung tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI