Terungkap! MRT Untung Bukan dari Jual Tiket Tapi Jualan Iklan

Minggu, 24 November 2019 | 12:01 WIB
Terungkap! MRT Untung Bukan dari Jual Tiket Tapi Jualan Iklan
Calon penumpang berjalan memasuki stasiun MRT pada hari pertama fase operasi secara komersial (berbayar) di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin (1/4). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Ini juga terbesar porsinya (pendapatan nonfarebox). Sekarang ada lima yaitu Blok M, Dukuh Atas, Istora, Setiabudi, dan Lebak Bulus. Terbesar dan termahal ada di ujung," ucap dia.

Tuhiyat menuturkan kontrak dengan perusahaan tersebut terkait naming rights yakni 2-5 tahun. Pendapatan dari naming rights adalah pendapatan paling besar untuk saat ini. Untuk nama Lebak Bulus Grab saja, pendapatan bisa mencapai Rp 33 miliar per tahun.

"Naming rights itu dari semua non-farebox adalah saat ini ada yang paling terbesar baru setelah itu iklan. Nominal saya enggak terlalu hapal, tapi kalau Grab kurang lebih sekitar Rp 33 miliar per tahun," ucap dia.

Adapun stasiun lain kata Tuhiyat masih dalam proses lelang.

Sementara untuk naming rights stasiun Bundaran Hotel Indonesia, pihaknya menahan sementara untuk tidak djual. Namun jika dijual, pihak MRT Jakarta akan menawarkan harga yang paling tinggi.

"(Stasiun lain) masih dalam proses. Yang kita hold adalah stasiun MRT Bundaran HI. Karena sudah pusat kota, sudah diujung disebut terus di setiap stasiun. Pokoknya kita jual paling mahal," tutur dia.

Lebih lanjut, Tuhiyat menegaskan prinsipnya naming rights stasiun tidak boleh menghilangkan nama stasiun, namun hanya nama tambahan.

"Prinsipnya tidak boleh meghilangkan nama stasiun hanya ada tambahan, enggak pernah menghilangkan. Setia Budi Astra, Lebak Bulus Grab," kata dia.

Sementara stasiun yang tidak boleh terdapat naming rights yakni Stasiun ASEAN. Tuhiyat mengatakan dengan MRT berlokasi di depan Stasiun SEAN berdampak pada MRT Jakarta yang mendunia.

Baca Juga: Polisi Ciduk Kurir Narkoba Saat Transaksi di Bawah Stasiun MRT Haji Nawi

"Satu-satunya yang tidak boleh dijual adalah ASEAN. Karena di situ ada Sekretariat ASEAN. Dia nggak bayar tapi impact MRT mendunia lewat dia (ASEAN) dan nggak boleh ada nama lain," kata Tuhiyat.

Selain itu kata Tuhiyat, pendapatan yang didapat MRT juga dari adanya pengembangan TOD. Sebab dengan adanya pengembangan TOD bisa meningkatkan keuntungan dari penjualan tiket.

"Pendapatan TOD dan MRT bisa mencapai hampir Rp 242 triliun jika semuanya sudah berhasil berjalan. Untuk modal TOD, paling setengah dari jumlah tersebut," katanya.

Sejumlah upaya dilakukan PT MRT Jakarta untuk mempermudah masyarakat yang ingin menggunakan kereta MRT Jakarta. Salah satu upaya MRT Jakarta yakni kedepan penumpang bisa menggunakan QR Code tanpa menggunakan kartu.

Tuhiyat mengatakan, akan ada uji coba penggunaan QR code yakni pada 1 Desember 2019. Ia pun berharap ke depan pada 1 Januari 2020 mendatang tidak ada permasalahan penumpang yang akan menggunakan MRT Jakarta

"Akan hadir QR code. QR code itu pakai Handphone semua. 1 Desember kami akan uji coba. Karena 1 Januari diharapkan sudah tidak ada lagi persoalan harus lancar," ujar Tuhiyat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI