Dia mengajak semua pihak untuk menyelamatkan air baik dari sumber sampai ke muara.
“Di negara tropis termasuk Indonesia, air sangat identik dengan pohon. Dengan menanam pohon berarti kita juga menyelamatkan air,” kata Syamhudi.
Dia menjelaskan, di Kalbar khususnya di sebagian daerahanya mengalami abrasi yang sangat menghawatirkan.
“Itu disebabkan banyak tanah masyarak yang hilang dan menjadi lautan,” kata Syamhudi.
Syamhudi berkata saat ini juga kita dihadapkan dengan perubahan iklim dengan cuaca yang tidak menentu alhasil beberapa daerah juga terendam banjir saat ini seperti yang terjadi di Kabupaten Mempawah.
“Dengan demikian berdiam dan tak merespon fenomena ini sama saja dengan bunuh diri. Mari kita jaga hutan dengan fungsinya, gambut dengan peruntukannya, sungai-sungainya dengan ekosistemnya, untuk kemaslahatan masa depan kita dan menjaga etika relasi manusia dengan alam,” kata Syamhudi.
Ketua Mempawah Mangrove Conservation (MMC), Raja Fajar Azansyah, menyebut panjangnya hutan mangrove di Kabupaten Mempawah 29 kilometer dari Jungkat ke Sungai duri dari adanya pesisir. Beberapa titik di wilayah Kabupaten Mempawah mengalami abrasi.
“Ini sudah terjadi sejak tahun 70-an. Mangrove yang ada pada saat ini sekitar tahun 2000,” kata Raja Fajar Azansyah.
Saat ini, msyarakat melakukan percepatan pembibitan menanam 4000 bibit mangrove. Upaya ini, salah satu cara agar pesisir Kabupaten Mempawah agar terjaga garis pantainya.
Baca Juga: Jenazah Nelayan Ditemukan Setelah Dua Hari Terapung di Laut Selatan
Diketahui, Mempawah Mangrove Conservation telah melakukan kegiatan sejak 2011 sampai saat ini sekitar 9 tahun. Pesisir yang dulunya tidak ada mangrove sekarang sudah semakin lestari .
"Makanya kami mengajak para kawan-kawan jurnalis, komunitas, masyarakat agar lebih perduli terhadap keadaan pesisir kita. Tidak hanya pesisir namun juga di daerah daratan agar apa agar hutan ini semakin lestari,” kata Fajar.
Berita ini sebelumnya dimuat Kabarnusa.com jaringan Suara.com dengan judul "Abrasi Laut di Kalbar Mengkhawatirkan, Banyak Tanah Warga Hilang Menjadi Lautan"