Hingga tahun 2020, Petrotekno selaku operator P2TIM telah mencetak 500 lebih tenaga kerja bersertifikasi Internasional yang siap pakai. Salah satunya Zakaria.
Zakaria merasa bahwa hingga saat ini banyak anak-anak Papua yang dipandang sebelah mata. Mereka kerap diremehkan atas kemampuan serta kapabilitas mereka dalam sebuah pekerjaan. Namun, Zakaria menampik semua anggapan itu.
“Saya dan teman-teman saya yang ada di Jakarta ini mau saya bilang bahwa kenapa sampai kami dipakai mulai dari LRT, MRT, apa segala macam, kami siap. Kami tidak bekerja sampai fatality atau sampai insiden fatal, kami tidak seperti itu. Dan kami menciptakan pekerjaan yang sesuai klien kami yang meminta kami kerja. Kami menunjukkan sesuai dengan kemampuan kami dan basic yang kami punya,” jelas Zakaria.
Zakaria sebagai angkatan pertama besutan Petrotekno ingin menyampaikan pada publik bahwa ia dan rekannya mampu. Ia telah menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan yang setara dengan tenaga kerja wilayah lain, bahkan lebih baik. Ini ia tunjukkan melalui kinerjanya dalam proyek-proyek yang ia emban.
Zakaria pun turut memberikan semangat kepada adik-adiknya di Papua yang saat ini masih menunggu kesempatan untuk bekerja. Ia bahkan mengatakan bahwa anak-anak Papua bukan sekadar pekerja kasar seperti tukang gali parit, tukang sapu, atau tukang sampah. Ia mengatakan bahwa anak Papua mampu mengisi posisi strategis jika diberikan kesempatan.
“Untuk adik-adik seperjuangan yang saat ini masih menunggu, sampai sekarang belum diberikan kesempatan oleh perusahaan yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni, itu mereka masih menunggu. Saya mau bilang kalau kami diberikan kesempatan itu kami bisa. Kami mampu untuk menunjukkan kepada perusahaan bahwa kami siap untuk bekerja. Bukan hanya untuk tukang sapu, gali parit, atau segala macam,” pungkas pemuda asal Distrik Babo, Teluk Bintuni, Papua Barat itu.