Suara.com - Harga minyak naik setelah operator jaringan pipa bahan bakar utama Amerika mengatakan sebagian besar dapat beroperasi kembali dalam sepekan setelah ditutup akibat serangan siber.
Mengutip CNBC, Selasa (11/5/2021) potensi pertumbuhan permintaan Amerika Serikat mendorong harga minyak mentah, mengimbangi kekhawatiran bahwa pandemi virus korona yang muncul kembali di India akan memangkas permintaan di Asia.
Colonial Pipeline, jaringan pipa bahan bakar terbesar di Amerika Serikat mengatakan, pihaknya memperkirakan untuk "secara substansial" memulihkan layanan operasional pada akhir minggu ini.
Sistem tersebut ditutup oleh serangan siber, Jumat, dan pada Minggu beberapa saluran kecil dibuka kembali sementara jalur utama tetap ditutup.
Pekan lalu, fokus pedagang bergeser ke faktor pendukung seputar pembukaan Amerika.
"Sekarang pasar akan mencermati berita mengenai jaringan pipa tersebut," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 4 sen, atau 0,1 persen, menjadi 68,32 dolar AS per barel.
Sementara, patokan Amerika, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), bertambah 2 sen, atau 0,03 persen menjadi 64,92 dolar AS per barel.
Kedua benchmark itu melonjak lebih dari 1 persen pekan lalu, kenaikan mingguan kedua berturut-turut.
Baca Juga: Harga Minyak Terdorong Optimisme Pemulihan Ekonomi Global
"Jika jaringan pipa tersebut tidak beroperasi untuk waktu yang lama, ini akan berdampak luas pada pasar minyak tidak hanya di Amerika, tetapi juga di Eropa," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.