“Jadi, gerakan mengonsumsi secara sadar sangat relevan dengan konsep ekonomi sirkular,” tandas Chairy.
Penerapan konsep ekonomi sirkular juga sangat tepat untuk menjawab tantangan global, seperti perubahan iklim, makin berkurangnya keanekaragaman hayati, efek rumah kaca serta terus meningkatnya limbah dan polusi.
Sama seperti konsumen yang sadar, perusahaan yang sadar dan bertanggungjawab juga harus berperan dalam mengatasi permasalahan global dengan setidak-tidaknya melakukan tiga hal.
Pertama, pembelian bahan baku dan proses produksi. Apakah bahan baku diperoleh dari proses yang sustainable? Misalnya, jika bahan bakunya dari kayu, apakah setiap menebang satu pohon diimbangi dengan langkah penanaman kembali. Begitu juga ketika bahan baru diproduksi, apakah prosesnya menjamin kesehatan, keselamatan dan bahkan kesejahteraan karyawannya?
“Saya yakin setiap keputusan bisnis yang diambil dengan mempertimbangkan kesejahteraan dan keselamatan para pemangku kepentingan, itu merupakan keputusan yang terbaik,” tegas Chairy.
Kedua, masalah konsumsi. Perusahaan yang sadar dan bertanggung jawab harus mengedukasi konsumennya, termasuk melalui influencer, untuk tidak mengonsumsi secara berlebihan. Apalagi kalau kegiatan konsumsinya sampai menimbulkan limbah rumah tangga.
Ketiga, perusahaan secara sadar mengumpulkan dan mengolah limbah dari produknya yang dikonsumsi masyarakat. Untuk itu perusahaan perlu membangun sistem, sarana dan berbagai fasilitas untuk merealisasikan hal tersebut.
Itu dilakukan sebuah perusahaan apparel dengan menyediakan fasilitas bagi konsumen untuk memperbaiki pakaian lama ketimbang membeli yang baru.
Kini, Indonesia dan dunia tengah dilanda pandemi. Melalui orasinya, Chairy mengajak masyarakat untuk membayangkan dunia pasca pandemi. Di garis depan, ada konsumen yang sadar sebagai kelompok penekan dan para influencer yang telah mengalami pencerahan, sehingga mau mempromosikan perbaikan untuk masyarakat. Apa yang kemudian terjadi?
Baca Juga: Swab Express Indonesia Layani Program Testing Kesehatan di PT Tri Mega Baterindo
Dari sisi bisnis, akan lebih banyak perusahaan, termasuk perusahaan rintisan (startup), yang bisnisnya mengusung konsep ekonomi sirkular. Mereka sadar bahwa pola bisnis yang lama hanya akan mengarah pada kehancuran masyarakat dan dirinya sendiri.