Tercatat ada 12.220 orang pembudidaya ikan yang menggantungkan mata pencahariannya dari ikan konsumsi di 12 kecamatan seperti Ngunut, Rejotangan, Sumbergempol, Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, dan Kauman.
Sementara, untuk budi daya ikan di air deras bisa ditemui di Kecamatan Pagerwojo dan Sendang.
Meskipun tinggal di daerah berstatus Sentra Perikanan Budidaya, namun para pembudidaya ikan dari Tulungagung tidak lepas dari masalah klasik tingginya biaya produksi akibat harga pakan yang mahal.
Salah seorang pembudidaya ikan patin di Tulungagung, Muktasim mengatakan pertama kali menekuni profesi sebagai pembudidaya ikan pada 2019 sejak mengenai metode budi daya ikan berbasis teknologi yang diusung eFishery.
“Bergabung dengan eFishery banyak manfaat, karena eFishery memberikan solusi masalah pakan berupa efisiensi pakan menggunakan mesin pelontar otomatis dan pinjaman pakan, serta membantu membuka jaringan pemasaran,” ujar Muktasim.
Kini, ia menjadi salah satu dari 18,000 pembudidaya ikan yang telah tergabung dalam ekosistem eFishery yang mendapat pengalaman berharga, misalnya eFisheryFeeder Ikan, yaitu mesin pemberi pakan ikan otomatis yang dapat dikontrol langsung melalui ponsel.
Dengan eFisheryFeeder Ikan, Muktasim bisa dengan mudah mengatur jadwal pemberian pakan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan.
Selain itu, setiap pakan yang dikeluarkan melalui eFisheryFeeder akan tercatat secara otomatis sehingga pembudidaya dapat terus memantau pengeluaran pakan setiap hari tanpa harus mencatat secara manual.
Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, Muktasim yang awalnya memiliki hanya 15 kolam patin, dalam 2 tahun terakhir mampu menambah jumlah kolam budidayanya menjadi 35 kolam.
Baca Juga: UMG Idealab Tegaskan Komitmen Sebagai Venture Builder, Ini Targetnya untuk Tahun 2022
Dampaknya, hasil panen yang diraup oleh Muktasim mampu mencapai 10 hingga 15 ton ikan patin per bulan, dari yang sebelumnya hanya berkisar 5 ton per bulan.