Lepas Dari Wabah COVID-19, Industri Pabrik di Asia Dihantam Kelangkaan Bahan Baku

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 01 November 2021 | 10:56 WIB
Lepas Dari Wabah COVID-19, Industri Pabrik di Asia Dihantam Kelangkaan Bahan Baku
Sejumlah pekerja di pabrik. (Antara/Andreas Fitri Atmoko)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aktivitas manufaktur Asia kian membaik usai infeksi COVID-19 menunjukkan tren penurunan. Namun, meski terlepas dari bayang-bayang wabah, kini industri pabrik kembali terancam kesulitan akibat kenaikan biaya input, kekurangan bahan baku dan perlambatan pertumbuhan China.

Pemerintah berbagai negara saat ini menghadapi tekanan di berbagai bidang saat mereka mengarahkan ekonomi mereka keluar dari kelesuan yang disebabkan oleh pandemi.

Sementara, mereka dituntut berusaha menjaga harga-harga tetap terkendali di tengah meningkatnya biaya komoditas dan kekurangan suku cadang.

Aktivitas pabrik China berkembang pada laju tercepatnya dalam empat bulan pada Oktober, menurut Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin/Markit pada Senin, karena berkurangnya kasus COVID-19 mendorong permintaan domestik.

Tetapi sub-indeks untuk output menunjukkan produksi menyusut untuk bulan ketiga berturut-turut karena kekurangan listrik dan kenaikan biaya-biaya, sejalan dengan PMI resmi pada Minggu (31/10/2021) yang menunjukkan aktivitas pabrik pada Oktober menyusut lebih besar dari yang diperkirakan.

“Kekurangan bahan baku dan melonjaknya harga-harga komoditas, dikombinasikan dengan masalah pasokan listrik, menciptakan kendala yang kuat bagi produsen dan mengganggu rantai pasokan,” kata ekonom senior di Caixin Insight Group Wang Zhe.

Aktivitas pabrik pada Oktober meningkat di Vietnam, Indonesia dan Malaysia karena operasi secara bertahap menjadi normal setelah terkena penutupan yang disebabkan oleh lonjakan infeksi COVID-19.

Taiwan melihat pertumbuhan aktivitas manufaktur meningkat karena permintaan chip yang kuat, sementara aktivitas pabrik Jepang berkembang pada laju tercepat dalam enam bulan pada Oktober sebagai tanda yang menggembirakan bagi ekonomi terbesar ketiga di dunia itu.

Namun, sebagai tanda pemulihan Asia yang tidak merata, aktivitas pabrik Korea Selatan naik pada laju paling lambat dalam 13 bulan pada Oktober karena produksi menyusut dan permintaan lebih lemah.

Baca Juga: Begini Kondisi Guru dan Pelajar Peserta PTM di Kota Bandung yang positif COVID-19

Kekurangan bahan baku dan gangguan pengiriman mendorong harga input Jepang paling tinggi dalam lebih dari 13 tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI