Selain itu, arus peti kemas juga naik, yakni dua persen di atas pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Triwulan I 2022, arus peti kemas Pelindo mencapai 4,2 juta TEU’s. Arus barang juga naik lebih tinggi, delapan persen di atas tahun lalu, yakni mencapai 37 juta ton.
Hal itu, juga terlihat dari kenaikan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) pada Triwulan I 2022 yang naik tujuh persen di atas pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Muhammad Adji, Direktur Utama SubHolding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) menambahkan, pencapaian tersebut bisa diraih karena sinergi antar pelabuhan dan antarwilayah. Misalnya, Pelindo sebelum merger memiliki rencana investasi untuk memenuhi kekurangan peralatan di sejumlah pelabuhan di wilayah Pelindo Regional 4. Saat ini kebutuhan peralatan tersebut dapat dipenuhi dengan optimalisasi aset dari Regional lainnya.
“Ternyata, di wilayah Regional 2 ada beberapa peralatan yang masih bagus dan belum optimal penggunaannya, ya kita pindahkan, misalnya, ke Makassar New Port,” kata Adji.
Pada saat ini, kata Adji, tahapan merger sudah masuk transformasi proses bisnis.
“Sistemnya kita seragamkan. Kalau dulu di empat wilayah masing-masing punya sistem sendiri, sekarang dalam proses kita integrasikan menjadi satu sistem,” kata Adji.
Dia melanjutkan, pada periode berikutnya, tranformasi akan menyasar pada orang.
“Mereka akan kita latih dengan melibatkan teman-teman Pelindo yang sudah biasa bekerja dengan mitra global kita yang menerapkan standar internasional.” pungkasnya.