Presiden Steinmeier menyampaikan pemerintah hanya bisa menentukan kerangka kerja sama, dan para pebisnis atau pelaku industri yang mewujudkan.
“Karena itu, saya mengundang delegasi bisnis high level dari Jerman untuk mendampingi dalam perjalanan ini, mereka mencari partner dari Indonesia dan peluang untuk berbisnis bersama,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan sektor industri telah menghadapi berbagai tantangan, baik domestik maupun global.
“Sebagai bentuk adaptasi dengan hal tersebut, kita dapat melihat transformasi digital yang berakselerasi dengan sangat cepat,” katanya.
Upaya digitalisasi industri telah menunjukkan hasil yang menggembirakan dan positif yang ditunjukkan dengan peningkatan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah yang signifikan.
Dengan angka ini, dapat kita proyeksikan bahwa pada tahun 2025, total produksi Indonesia akan mencapai 120 miliar dolar AS, dengan sektor manufaktur menjadi kontributor paling signifikan.
Menperin mengemukakan kedua negara sependapat bahwa peningkatan digitalisasi di sektor industri manufaktur akan mendorong kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, mulai dari pembuat kebijakan, pelaku industri, asosiasi, hingga akademisi.
“Masing-masing pihak memainkan perannya dalam ekosistem industri 4.0. Untuk itu, kita berharap Indonesia dan Jerman akan terus memperkuat dan memperluas kerja sama tersebut,” ungkapnya.
Pertemuan bilateral tersebut juga membahas pembangunan infrastruktur untuk memacu produktivitas dan daya saing di sektor industri.
Baca Juga: Ekonomi Global Sedang Tidak Baik-baik Saja
Menurut Menperin, ekspansi infrastruktur di Indonesia hanya dapat terjadi apabila mitra pembangunan internasional, bank, sektor swasta dan investor infrastruktur, berada pada kepentingan dan agenda yang sama dalam mengejar tujuan tersebut.