“Pertamina juga mendorong kami untuk go digital.” tuturnya.
Bisnis Septi makin berkembang. Omzetnya mencapai Rp70-80 juta per bulan. Sayangnya, tak lama kemudian muncul pandemi COVID-19 yang menyebabkan omzetnya terpangkas hingga 30% dari sebelumnya. Rata-rata pendapatan Septi per bulan sepanjang 2020 hanya Rp25 juta.
“Pada awal 2021 alhamdulillah ada peningkatan sekitar 50% rata-rata omzet per bulan, naik menjadi sekitar Rp40 juta. Saat ini, omzet sudah kembali normal seperti sblm masa pandemi mencapai Rp70-80 juta,” tutur dia.
Septi masih memiliki impian untuk memiliki tempat lebih besar sebagai workshop Pojok Jamu Sekar Jawi yang dapat dikunjungi masyarakat umum. Tujuannya untuk edukasi tentang tanaman jamu, tanaman obat, dan cara pembuatannya.
“Ini salah satu bentuk aware terhadap budaya. Saya ingin masyarakat tahu seluk beluk jamu. Siapa tahu bisa jadi sumber inspirasi untuk yang lain,” ungkapnya.
Brasto Galih Nugroho, Area Manager Comrel & Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Regional Jawa Bagian Tengah (JBT), menuturkan Pertamina memiliki program pendanaan UMK yang dulu dikenal dengan nama program kemitraan.
“Intinya ini adalah program pinjaman atau pembiayaan modal bagi UMK. Dari Pertamina memberikan modal sebesar 6% per tahun, bisa juga dengan sistem syariah. Pembiayaan tersebut digunakan utk modal kerja salah satunya seperti yang dilakukan oleh Mbak Septi dari Sekar Jawi,” ungkapnya.
Untuk mendapatkan pinjaman modal kerja, tutur Brasto, pelaku usaha UMK dapat mengakses ke situs www.genumkm.pertamina.com atau call center Pertamina 135. Pertamina akan melakukan survey terkait prospek usaha, agunannya dan lain-lain.
“Perkembangan UMKM selama pandemi memang sangat berat. Mbak Septi tahun lalu sempat kami kunjungi, diskusi apa saja kendalanya. Kami melakukan pendampingan pada para mitra binaan yang terdampak pandemi agar bisa bangkit kembali. Alhamdulillah saat ini ekonomi sudah mulai tumbuh, semoga UMKM bisa terus tumbuh dan berkembang,” katanya.
Baca Juga: OMG Jatim Gelar Festival Tani dan UMKM Sebagai Bentuk Dukungan Terhadap Ganjar
Brasto berharap mitra binaan Pertamina bisa berkembang melesat jauh dan pinjaman pembiayaan tidak hanya diberikan satu kali.
“Pinjaman disesuaikan dengan bisnisnya dan pembayaran angsuran. Yang penting pinjamannya atau pembiyaan jangan digunakan untuk kebutuhan konsumtif,” tuturnya.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menuturkan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) harus mengutamakan masyarakat yang berada di lokasi operasional perusahaan. Tujuannya agar perekonomian masyaraat yang ada di wilayah tersebut dapat ditingkatkan.
“Perusahaan seperti Pertamina misalnya dapat membantu pemasaran. Jadi, keberadaan perusahaan bisa memberikan manfaat pada masyarakat,” katanya.