Harga Minyak Dunia Kembali Anjlok, Kini Melorot 3 Persen

Jum'at, 16 September 2022 | 07:37 WIB
Harga Minyak Dunia Kembali Anjlok, Kini Melorot 3 Persen
Ilustrasi harga minyak dunia.

Suara.com - Harga minyak dunia anjlok lebih dari 3 persen pada level terendah satu pekan pada perdagangan hari Kamis, didorong kesepakatan sementara yang akan mencegah aksi mogok pekerja kereta api Amerika.

Selain itu, sentimen juga tertekan ekspektasi untuk permintaan global yang lebih lemah dan penguatan dolar AS yang berkelanjutan menjelang kenaikan suku bunga yang yang diperkirakan cukup besar.

Mengutip CNBC, Jumat (16/9/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD3,26, atau 3,5 persen menjadi USD90,84 per barel.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD3,38, atau 3,8 persen menjadi USD85,10 per barel. Ini merupakan penutupan terendah bagi kedua  benchmark  itu sejak 8 September.

Perkeretaapian dan serikat pekerja Amerika mencapai kesepakatan tentatif setelah 20 jam pembicaraan intens yang ditengahi pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mencegah aksi mogok yang dapat berdampak pada pasokan makanan dan bahan bakar di seluruh negeri dan sekitarnya.

Prospek aksi mogok tersebut memberi pasar beberapa dukungan pada sesi Rabu.

Kesepakatan itu juga membantu menekan harga solar dan bensin berjangka Amerika turun lebih dari 5% selama sesi tersebut.

"Kompleks minyak sedang menghitung ulang pada penguatan dolar AS dan perjanjian tentatif yang akan mencegah aksi mogok pekerja kereta api Amerika," kata analis Ritterbusch and Associates.

Risiko penurunan terus mendominasi prospek ekonomi global dan beberapa negara diperkirakan tergelincir ke dalam resesi pada 2023, tetapi terlalu dini untuk mengatakan apakah akan ada resesi global yang meluas, menurut Dana Moneter Internasional (IMF).

Baca Juga: Dari GIIAS The Series Surabaya 2022: Kenaikan Harga BBM Jadi Momentum Beralih ke Kendaraan Listrik

Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, mengaku dia khawatir tentang "stagflasi umum", periode pertumbuhan yang rendah dan inflasi yang tinggi, dalam perekonomian global, mencatat Bank Dunia telah memangkas kembali proyeksi untuk tiga perempat dari semua negara.

Indeks Wall Street berada di zona merah, sementara dolar bertahan di dekat level tertinggi 20 tahun yang dicapai pada 6 September karena banyak data ekonomi menunjukkan ketahanan dalam ekonomi Amerika yang dapat menjaga Federal Reserve di jalur untuk kenaikan suku bunga yang agresif.

Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak, karena membuat harganya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

"Fundamental minyak sebagian besar masih  bearish  karena prospek permintaan China tetap menjadi tanda tanya besar dan dalam upaya memerangi inflasi, The Fed tampaknya siap untuk melemahkan ekonomi AS," kata Edward Moya, analis OANDA.

Badan Energi Internasional (IEA), pekan ini, mengatakan pertumbuhan permintaan minyak akan terhenti pada kuartal keempat.

Harga minyak mentah turun secara substansial setelah lonjakan mendekati level tertinggi sepanjang masa pada Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina menambah kekhawatiran pasokan, tertekan prospek resesi dan permintaan yang lebih lemah.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI