Selain penurunan suku bunga acuan, faktor lain seperti peningkatan daya beli masyarakat dan proyek-proyek infrastruktur pemerintah juga dapat berkontribusi pada pertumbuhan kredit.
Meskipun prospek pertumbuhan kredit terlihat positif, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai, seperti peningkatan risiko kredit akibat kondisi ekonomi global yang tidak pasti dan potensi gelembung aset di sektor properti.
Pertumbuhan kredit yang kuat dapat mendorong inflasi. Oleh karena itu, BI perlu mewaspadai perkembangan inflasi dan siap untuk menyesuaikan kebijakan moneter jika diperlukan.
Saat ini, kabinet baru era Prabowo Subianto dihadapkan pada tantangan yang kompleks, seperti mengatasi dampak pandemi COVID-19, mengurangi tingkat pengangguran, dan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi.
Kesimpulannya, kabar baik mengenai pertumbuhan kredit menjadi angin segar bagi perekonomian Indonesia.
Namun, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan pertumbuhan ini berkelanjutan dan inklusif. Selain itu, kabinet baru juga perlu segera menyusun program-program prioritas yang dapat memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.