Suara.com - Pada perdagangan hari ini, Senin (11/11/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah dan membawa sejumlah saham perbankan besar seperti BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI ke zona merah.
Pelemahan ini diduga kuat karena pengaruh sejumlah faktor ekonomi makro global dan domestik yang memengaruhi sentimen investor terhadap saham big banks Indonesia.
Secara keseluruhan, IHSG mencatatkan tren negatif, dengan BBRI dibuka turun sekitar 0,46% ke posisi Rp4.690, sedangkan BBCA turun sebesar 0,48% menjadi Rp10.325. BMRI dan BBNI juga ikut merosot masing-masing sebesar 0,37% dan 0,46%.
Tekanan ini didorong oleh ketidakpastian dari kebijakan Federal Reserve Amerika Serikat terkait suku bunga, di mana ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga 25 basis poin oleh The Fed pada bulan ini memberikan ketidakpastian tambahan bagi pasar global.
Saham-saham big banks ini juga tertekan oleh aksi jual bersih investor asing yang mengalir deras selama beberapa pekan terakhir, terutama pada BBRI, yang mengalami net sell asing mencapai Rp1,25 triliun.
Situasi ini menunjukkan kekhawatiran investor terhadap stabilitas pertumbuhan ekonomi global yang sedang melambat dan dampaknya terhadap sektor perbankan di Indonesia.
Di sisi lain, ekspektasi atas data ekonomi Tiongkok yang diperkirakan mengalami peningkatan setelah rencana stimulus dari pemerintah dan bank sentral Tiongkok, turut memberikan daya tarik baru bagi investor di pasar modal Asia. Hal ini menyebabkan sebagian dana investor asing beralih ke pasar Tiongkok, menambah tekanan bagi IHSG.
Trump Effect juga diprediksi akan memberi dampak baik dalam jangka pendek maupung panjang terhadap sentimen pasar di Indonesia.
***
Baca Juga: Drama Bank Danamon vs BNI dalam Sengketa Penyitaan Aset PCI
Untuk prospek jangka pendek, analis dari seumlah sekuritas menyarankan agar investor lebih berhati-hati dan mempertimbangkan strategi "buy on weakness" bagi saham-saham perbankan utama ini, terutama jika pelemahan ini berlanjut akibat tekanan dari faktor global dan aksi jual asing.