Suara.com - Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Perkasa Roeslani, dengan tegas meluruskan kabar simpang siur mengenai mundurnya LG Energy Solution (LGES) dari sebagian investasinya.
Dalam konferensi pers yang digelar di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/4/2025) malam, Rosan menyatakan bahwa bukan LG yang menarik diri, melainkan Pemerintah Indonesia yang mengambil keputusan untuk mengakhiri negosiasi yang berlarut-larut.
Pernyataan ini menjadi angin segar di tengah kekhawatiran akan kelanjutan proyek strategis yang digadang-gadang akan menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok baterai global. Rosan menjelaskan bahwa negosiasi dengan raksasa baterai asal Korea Selatan tersebut telah berjalan terlalu lama, yakni selama lima tahun sejak 2020.
"Jadi dikatakan bahwa dari sana (LG) memutus, sebetulnya lebih tepatnya dari kami yang memutus. Itu berdasarkan surat tanggal 31 Januari 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kenapa dikeluarkan surat itu? Karena, memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kami ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat karena negosiasinya sudah berlangsung lima tahun," ungkap Rosan dengan nada lugas.
Keputusan strategis ini diambil bukan tanpa alasan yang kuat. Rosan mengungkapkan bahwa investor asal China, Huayou, telah menyatakan minat serius untuk berinvestasi dalam sektor ekosistem baterai di Indonesia sejak tahun 2024. Keinginan Huayou untuk bergabung dalam konsorsium proyek baterai ini dinilai sebagai peluang emas untuk mempercepat realisasi proyek yang telah lama tertunda.
"Jadi, sebenarnya dalam konsorsium LG itu memang sudah ada Huayou-nya. Jadi, mereka sekarang yang menjadi leading consortium. Itu saja," jelas Menteri Investasi, menepis anggapan bahwa keluarnya LG akan mengancam keberlangsungan konsorsium. Justru, dengan kepemimpinan baru dari Huayou, proyek ini diharapkan dapat bergerak lebih cepat dan efisien.
Rosan sendiri mengaku telah melakukan pertemuan langsung dengan pihak Huayou, dan hasil pertemuan tersebut sangat positif. Menurutnya, Huayou memiliki minat yang besar untuk berinvestasi karena perusahaan tersebut telah memiliki teknologi yang mumpuni dan pengalaman berinvestasi di Indonesia dalam bidang yang serupa.
"Jadi, mereka sudah sangat-sangat paham, sangat-sangat mengerti, dan di saat bersamaan dia juga sudah punya resources untuk pengembangan ini ke depan," sambung Rosan dengan optimisme. Kehadiran Huayou diharapkan dapat membawa angin segar dan kepastian dalam pengembangan ekosistem baterai di Indonesia.
Terlepas dari perubahan kepemimpinan dalam sebagian proyek konsorsium, Rosan menegaskan bahwa LG Energy Solution tetap memiliki komitmen investasi yang kuat di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa LG telah merealisasikan investasinya dalam salah satu proyek joint venture-nya senilai 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp18,56 triliun.
Baca Juga: Rosan Roeslani Umumkan Investasi Triwulan I 2025 Capai 24,4 Persen dari Target, Senilai Rp465,2 T
"Jadi, (investasi LG) terbagi dalam empat joint venture, dan mereka sudah groundbreaking, dan sudah selesai di joint venture nomor 4. Jadi, memang berita yang kemarin mereka mundur itu bukan mundur semuanya. Mereka sudah melakukan dan sudah selesai di JV nomor 4 senilai 1,1 miliar dolar AS," papar Rosan, memberikan klarifikasi penting bahwa keterlibatan LG dalam ekosistem baterai Indonesia masih signifikan.