Suara.com - Pernyataan Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, yang menyebut Indonesia baru akan mengoperasikan kereta rel listrik (KRL) buatan dalam negeri untuk pertama kalinya dalam waktu dekat, menuai kontroversi di kalangan warganet.
Pasalnya, klaim tersebut dianggap mengabaikan sejarah panjang produksi dan pengoperasian KRL karya anak bangsa yang telah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Bahkan, banyak warganet yang miris karena seorang Wakil Menteri BUMN tidak mengetahui sejarah KRL yang sebenarnya.
Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Kartika dalam acara peringatan 100 tahun operasional KRL di Stasiun Jakarta Kota pada Selasa (22/4/2025), sehingga memicu reaksi dari warganet.
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud Wamen? Apakah memang ada terobosan baru, atau justru kekeliruan dalam menyampaikan informasi? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
Fakta Sejarah KRL Buatan Indonesia
Sejarah mencatat bahwa Indonesia melalui PT Industri Kereta Api (INKA) sudah memproduksi KRL sejak dekade 1990-an. Salah satu contohnya adalah KRL BN-Holec (INKA EA101), yang mulai diproduksi sejak tahun 1994 dan dioperasikan di lintas Jabodetabek. INKA EA101 adalah KRL pertama buatan Indonesia.
Kereta ini dibuat melalui kolaborasi antara PT INKA dan perusahaan luar negeri seperti BN-Bombardier serta HOLEC dari Belanda.
Meski tergolong produk lokal, KRL ini memang kerap menemui berbagai kendala operasional, mulai dari spesifikasi teknis yang tidak sesuai dengan infrastruktur listrik Jabodetabek hingga sulitnya perawatan akibat kelangkaan suku cadang.
Meskipun demikian, keberadaan KRL ini menjadi bukti bahwa Indonesia telah memproduksi dan mengoperasikan KRL dalam negeri jauh sebelum pernyataan Wamen BUMN baru-baru ini.
Baca Juga: Tradisi Telur Paskah, Kenapa Jadi Buruan Anak-Anak Saat Hari Raya?
KRL Holec menggunakan teknologi penggerak canggih pada masanya, yaitu Variable Voltage Variable Frequency-Thyristor Gate Turn-Off (VVVF-GTO), meskipun kemudian banyak mengalami kegagalan teknis dan akhirnya berhenti beroperasi.
Kemunculan KRL AC Buatan INKA
Setelah era KRL non-AC seperti Holec, PT INKA kembali meluncurkan inovasi dengan memproduksi KRL AC INKA EA201, atau yang juga dikenal dengan nama KRL-I.
Diluncurkan pada tahun 2001, KRL ini merupakan purwarupa dari generasi KRL berpendingin udara (AC) pertama buatan dalam negeri. Dengan teknologi Variable Voltage Variable Frequency-Insulated Gate Bipolar Transistor (VVVF-IGBT), KRL ini menggabungkan komponen dari Jepang dan Eropa.
Komponen-komponen seperti sistem kelistrikan disuplai oleh Toshiba dan PT LEN Industri, menunjukkan bahwa KRL ini merupakan hasil kolaborasi teknologi lokal dan asing.
KRL-I sempat beroperasi dalam beberapa layanan seperti Serpong Ekspres dan Ciliwung Blue Line, sebelum akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 2014 karena tergantikan oleh KRL impor dari Jepang.
Cek Fakta Pernyataan Wamen BUMN
Pernyataan Wamen BUMN yang menyebut bahwa Indonesia akan pertama kalinya mengoperasikan KRL buatan dalam negeri terbukti tidak akurat. Fakta sejarah menunjukkan bahwa KRL buatan Indonesia sudah pernah dioperasikan sejak tahun 1994 melalui KRL BN-Holec dan dilanjutkan oleh KRL-I pada awal 2000-an.
Meskipun terdapat berbagai kendala teknis dan operasional yang dihadapi KRL buatan lokal tersebut, hal ini tidak menghapus kenyataan bahwa Indonesia sudah lebih dahulu memproduksi dan mengoperasikan KRL sendiri, jauh sebelum momen peringatan 100 tahun KRL.
Oleh karena itu, penting bagi para pejabat publik untuk menyampaikan informasi dengan akurat dan berdasarkan fakta sejarah agar tidak menimbulkan kesan negatif dan kontroversi, apalagi mengabaikan fakta sejarah.
Tentunya, pejabat publik harus selalu mengkroscek fakta sebelum membuat pernyataan. Kebenaran informasi yang disampaikan tidak hanya menjaga kredibilitas pribadi, tetapi juga reputasi institusi yang diwakili.
Kesalahan dalam menyampaikan fakta dapat memicu kebingungan dan mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan. Demikianlah informasi terkait cek fakta terhadap pernyataan Wamen BUMN.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas