Suara.com - Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 menjadi 4,7 persen. Pada laporan awal tahun, Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,1 persen pada tahun 2025.
Angka ini turut menjadi bagian dari proyeksi perlambatan ekonomi yang diperkirakan akan melanda kawasan Asia Timur dan Pasifik (East Asia and Pacific/EAP), yang diperkirakan hanya tumbuh 4,0 persen tahun depan.
Seperti dilansir dari laporan Bank Dunia yang bertaju "East Asia and Pacific: Technology, Reforms, and Cooperation Pathways to Future Prosperity", Bank Dunia menyebut, penurunan proyeksi ini disebut sebagai akibat dari meningkatnya ketidakpastian global yang berimbas langsung pada kepercayaan bisnis dan konsumen, sehingga menghambat laju investasi serta konsumsi masyarakat.
Selain itu, Bank Dunia menyoroti pembatasan perdagangan global dan pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia semakin menekan permintaan ekspor negara-negara di kawasan EAP, termasuk Indonesia.
"Sambil menghadapi ketidakpastian global, negara-negara di seluruh EAP memiliki peluang untuk memperkuat prospek ekonomi mereka dengan merangkul dan berinvestasi dalam teknologi baru, membuka peluang bisnis melalui reformasi yang lebih berani, dan memperdalam kerja sama internasional," kata Manuela V Ferro, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, seperti dikutip Jumat (25/4/2025).
Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami penurunan proyeksi. Negara-negara tetangga seperti Malaysia diproyeksikan hanya tumbuh 3,9 persen, Thailand 1,6 persen, Kamboja 4,0 persen, dan bahkan China yang selama ini menjadi motor ekonomi regional diperkirakan hanya mencatatkan pertumbuhan 4,0 persen. Di sisi lain, Filipina dan Vietnam masih menunjukkan daya tahan dengan masing-masing 5,3 persen dan 5,8 persen.
Sementara itu, angka kemiskinan di kawasan EAP diperkirakan akan terus menurun. Sekitar 24 juta orang diproyeksikan keluar dari garis kemiskinan berpendapatan menengah ke atas antara tahun 2024 dan 2025, mencerminkan adanya ruang untuk optimisme di tengah tekanan ekonomi global.
Dalam menghadapi tantangan ini, Bank Dunia menyarankan respons kebijakan bercabang tiga: pemanfaatan teknologi, reformasi struktural, dan kerja sama internasional yang lebih dalam.
"Menggabungkan teknologi baru dengan reformasi yang berani dan kerja sama yang inovatif dapat membantu negara-negara di kawasan ini mengatasi lingkungan saat ini dan tantangan jangka panjang,” kata Aaditya Mattoo, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik.
Baca Juga: Anjlok, IMF Ramal Pertumbuhan Ekonomi Dunia Hanya 2,8 Persen
Tumbuh 5,03 Persen di 2024