Ekonomi RI Tumbuh di Bawah 5 Persen, Sri Mulyani Buka Suara

Selasa, 06 Mei 2025 | 12:36 WIB
Ekonomi RI Tumbuh di Bawah 5 Persen, Sri Mulyani Buka Suara
Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,87 persen (year-on-year/yoy) tetap menunjukkan kinerja yang tangguh (Foto Ist).

Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,87 persen (year-on-year/yoy) tetap menunjukkan kinerja yang tangguh terutama di tengah ketidakpastian global.

“Di tengah tantangan perlambatan ekonomi dan ketidakpastian global, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang cukup resilien,” kata Sri Mulyani dikutip Antara, Selasa (6/5/2025).

Dari segi komponen pengeluaran, penopang utama pertumbuhan berasal dari konsumsi rumah tangga (tumbuh 4,89 persen) yang mendapat dukungan dari libur tahun baru serta Ramadhan hingga Idul Fitri.

APBN, menurut Sri Mulyani, berperan dalam kinerja positif itu. Pemerintah menggelontorkan berbagai insentif (seperti THR, diskon tarif listrik dan tarif tol, hingga insentif pajak) serta menjaga stabilitas harga pangan dengan memberikan suntikan dana kepada Bulog.

Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) tumbuh terbatas 2,12 persen dan ekspor stabil 6,78 persen.

Sementara konsumsi pemerintah terkontraksi 1,38 persen. Namun, Sri Mulyani mengatakan belanja pemerintah terakselerasi pada akhir triwulan I.

APBN pun mendukung pelaksanaan program prioritas pada masa transisi pemerintahan baru.

Dari sisi produksi, pertanian tumbuh signifikan 10,52 persen berkat momen Ramadhan, distribusi pupuk bersubsidi yang terus ditingkatkan, serta meningkatnya produksi beras nasional hingga 60 persen (yoy).

Data Rice Outlook April 2025 menunjukkan produksi beras Indonesia pada musim tanam 2024/2025 menjadi yang tertinggi di ASEAN dengan produksi diperkirakan mencapai 34,6 juta ton atau tumbuh 4,8 persen (yoy).

Baca Juga: Ekonomi Tahun Pertama Prabowo dengan Bayang-bayang Tarif Trump

Sejumlah sektor lainnya juga mencatatkan pertumbuhan yang tetap stabil, seperti industri pengolahan (4,55 persen), perdagangan (5,03 persen), transportasi dan pergudangan (9,01 persen), serta akomodasi dan maka minum (5,75 persen).

Selain kinerja sektor, Sri Mulyani juga menyoroti aktivitas ekonomi Indonesia tetap memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.

Misalnya, angka pengangguran tercatat turun dari 4,82 persen pada 2024 menjadi 4,76 persen tahun ini. Lapangan kerja juga naik dari 3,55 juta orang menjadi 3,59 juta orang.

Menkeu mengakui dinamika perekonomian global masih sangat menantang dan tidak mudah ke depannya. Maka, pemerintah mengambil strategi deregulasi, pembentukan satgas ketenagakerjaan, mitigasi risiko untuk menjaga stabilitas ekonomi, serta perlindungan dunia usaha dan upaya menjaga daya beli masyarakat.

Deregulasi diarahkan untuk mengatasi hambatan perdagangan dan investasi, terutama dari sisi global.

Kemudian, pemerintah juga akan mempercepat realisasi penyerapan dengan menyesuaikan rekonstruksi belanja negara yang lebih produktif.

Fokus utamanya mencakup perluasan implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga penambahan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

“Optimisme terus dijaga, didukung komitmen pemerintah dengan memastikan APBN bekerja optimal dalam melindungi masyarakat, termasuk memastikan ekonomi tumbuh secara berkelanjutan,” ujar Sri Mulyani.

Selain itu, pada sisi eksternal, pemerintah juga secara dini telah melakukan negosiasi bilateral dan mendorong kerja sama di berbagai forum multilateral untuk mengatasi tantangan geopolitik global.

Beberapa contoh di antaranya termasuk Spring Meeting dan Pertemuan G20 pada April, Sidang Tahunan ADB, serta Pertemuan ASEAN+3 Finance Ministers’ and Central Bank Governors' Meeting pada Awal Mei 2025.

Pemetaan produk unggulan untuk pasar ASEAN+3, Uni Eropa, dan BRICS juga dilakukan untuk membuka pasar ekspor baru.

Asal tahu saja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 tercatat hanya tumbuh 4,87% atau menjadi yang terendah semenjak tahun kedua Covid-19, yakni 2021. Angka tersebut hanya lebih baik dibandingkan kuartal I-2021 yang mencatatkan 3,53%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengakui bahwa periode kuartal I di tiap tahunnya memang kerap rendah.

"Secara q to q (kuartalan), pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, di kuartal I itu selalu relatif lebih rendah dengan kuartal IV tahun sebelumnya," kata Winny di kantor BPS, Senin (5/5/2025).

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI