Pekerja Miskin Saat Ini: Pilih Beli Beras Dibandingkan Bayar Iuran BPJS

Kamis, 08 Mei 2025 | 14:00 WIB
Pekerja Miskin Saat Ini: Pilih Beli Beras Dibandingkan Bayar Iuran BPJS
Ilustrasi. Pimpinan Ombudsman RI, Robert Na Endi Jaweng, membuka mata publik terhadap realita getir yang dihadapi para pekerja informal dari kelompok miskin dan miskin ekstrem.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah ironi pahit terungkap dalam diskusi publik di Gedung Ombudsman RI, Jakarta Selatan, Rabu (7/5/2025). Pimpinan Ombudsman RI, Robert Na Endi Jaweng, membuka mata publik terhadap realita getir yang dihadapi para pekerja informal dari kelompok miskin dan miskin ekstrem.

Di tengah himpitan ekonomi, uang belasan ribu rupiah untuk iuran BPJS Ketenagakerjaan ternyata harus "bertarung" sengit dengan kebutuhan mendasar akan sebakul beras.

Robert mengungkapkan bahwa para pekerja informal dari lapisan ekonomi paling bawah lebih memilih untuk mengamankan perut yang keroncongan dengan membeli 1 hingga 1,5 kilogram beras daripada menyisihkan uang sebesar Rp 16.800 per bulan untuk iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) yang ditawarkan BPJS Ketenagakerjaan.

"Tapi mereka (pekerja) sampaikan, Rp 16.800 itu mungkin dianggap kecil per bulan, tapi uang segini kalau dibeli beras sudah bisa 1,5 kilogram," ujar Robert dengan nada prihatin dalam Diskusi Publik Keasistenan Utama VI tersebut. Pernyataan ini sontak menggambarkan jurang yang menganga antara idealisme perlindungan sosial dan realitas ekonomi kaum papa.

Sebelumnya, BPJS Ketenagakerjaan gencar mendorong pekerja informal yang dianggap mampu secara finansial untuk menjadi peserta mandiri, dengan kewajiban membayar iuran sebesar Rp 16.800 untuk kedua program jaminan tersebut. Bahkan, petani dan nelayan pun menjadi target sosialisasi untuk ikut serta dalam skema kepesertaan mandiri ini.

Namun, temuan Ombudsman ini menjadi tamparan keras bagi pendekatan tersebut. Bagi mereka yang berjuang untuk makan sehari-hari, konsep risiko di masa depan dan manfaat yang belum pasti terasa jauh panggang dari api. Prioritas utama mereka adalah memastikan ketersediaan pangan untuk keluarga saat ini. Iuran BPJS Ketenagakerjaan, meski nominalnya terlihat kecil, menjadi beban yang signifikan dan menggerogoti anggaran belanja harian yang sudah sangat terbatas.

Robert Na Endi Jaweng dengan tegas mengharapkan adanya pergeseran paradigma dalam melihat perlindungan sosial bagi kelompok pekerja miskin ini. Ia menyerukan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan jajaran BPJS Ketenagakerjaan untuk memperluas alternatif sumber pembiayaan di luar skema kepesertaan mandiri.

"Kita berharap bapak-ibu BPJS maupun pemerintah melihat ini sebagai pemenuhan tanggung jawab, bukan bagian dari aksi karikatif, bukan bagian dari sesuatu yang seolah belas kasihan kepada yang miskin," pungkas Robert. Pernyataan ini menyoroti bahwa perlindungan sosial seharusnya menjadi hak fundamental warga negara, terutama bagi mereka yang paling rentan secara ekonomi.

Pernyataan Ombudsman ini membuka ruang diskusi yang lebih luas mengenai bagaimana negara dapat hadir secara lebih efektif dalam memberikan perlindungan sosial kepada pekerja informal miskin.

Baca Juga: Stok Beras 3,5 Juta Ton, tapi Harga Tetap Mahal: Ilusi Ketahanan Pangan?

Beberapa alternatif pembiayaan yang mungkin dapat dipertimbangkan antara lain:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI